MOTIVASI PENDIDIKAN MELUKIS YANG TEPAT UNTUK ANAK USIA DINI
14.21 Edit This 0 Comments »
MOTIVASI PENDIDIKAN
MELUKIS YANG TEPAT UNTUK ANAK USIA DINI
Oleh : Eko Kimianto, S.Pd
“Angel-angel gampang, golek aten-atenne
bocah cilik” itu
yang terucap dengan bahasa Jawa medhok dari seorang pendidik yang sedang
menelateni anak-anak kecil. Memang tidak gampang untuk mendidik dan membuat
anak-anak kecil itu berminat dan senang menekuni sesuatu yang ada dihadapannya.
Itulah sebenarnya kendala utama pendidikan yang ditujukan untuk anak-anak usia
dini, yaitu anak usia TK dan SD.
Mereka mudah untuk patah semangat dan
tidak mau belajar kembali, ketika sesuatu yang dipelajarinya itu dirasa sangat
sulit untuk dikerjakan atau diterima sesuai dengan daya pemikiran dan
angan-angan anak-anak tersebut. Mereka bisa tidak mau mencoba kembali dan
meninggalkan begitu saja, apa yang seharusnya dikerjakan sebagai suatu mata
pelajaran atau tugas-tugas tertentu yang ditujukan untuknya. Mereka mudah frustasi,
mereka mudah muthung (bahasa Jawa), mudah menghentikan kegiatannya, mudah
jengkel dan mudah benci dengan sesuatu yang membuatnya kesulitan.
Hal ini berlaku juga untuk pendidikan
seni rupa, khususnya untuk pendidikan melukis bagi anak-anak usia dini dengan
batasan usia TK dan SD. Perlu kiat-kiat tertentu untuk supaya tidak salah
langkah dalam menangani pendidikan melukisnya. Jika salah dalam menanganinya
berarti akan mematikan minat dan hobinya dalam melukis, tetapi sebaliknya akan
membuat anak-anak itu teramat senang dan akan bertambah suka jika penanganannya
tepat sasaran sesuai dengan keinginan psikologis anak.
Anak usia dini ini memang tidak
seperti robot yang bisa kita jalankan sesuai dengan kehendak kita. Dia punya
hati, dia punya keinginan, dia punya hasrat, dia punya keingintahuan dan dia
juga punya kecuekan tersendiri yang kadang sulit dimengerti oleh daya nalar
orang dewasa. Segala sesuatu yang dipunyainya tersebut harus bisa kita dekati
dengan menyesuaikan daya nalar pemikiran mereka. Kita harus bisa mendalami
jiwanya terlebih dahulu, apa yang diinginkannya dan apa yang dijadikan
harapannya. Semua harus diselaraskan terlebih dahulu, sebelum kita melangkah
lebih jauh untuk memberikan penanganan pendidikan melukisnya.
Menyelaraskan jiwa mereka dengan
materi pendidikan yang bisa disenanginya, harus yang pertama dilakukan terlebih
dahulu. Hal ini akan mempermudah langkah-langkah berikutnya. Anak usia dini
begitu menyukai sesuatu hal, dia akan lebih mudah untuk mau menuruti dan
melakukan sesuatu tindakan yang akan diarahkan dan diinginkan oleh seorang
pendidik. Begitu mereka berminat dan tumbuh rasa hobinya, dia akan menuruti
segala perintah yang diberikan untuknya. Sehingga teknik-teknik pendidikan
melukisnya juga akan mudah diterima dan dipahami serta kemudian melakukannya
dalam bentuk praktik berkarya seni lukis.
Ketika anak-anak ini mulai melakukan
praktik berkarya, berikan bermacam-macam support yang bisa menggugah dan
meningkatkan kualitas minat dan hobinya, sehingga apa yang dikerjakannya
tersebut akan dengan senang hati dilakukan, dikerjakan dan diselesaikannya.
Jangan sekali-kali ketika mereka berkarya, pendidik terlalu mendikte dan
mengguruinya dengan apa yang sedang mereka kerjakan. Biarkan terlebih dulu
mereka mencipta, membentuk objek, berkreasi dan memadu warna sesuka hatinya.
Biarkan mereka berimprovisasi sesuai dengan tingkatan pemikiran imajinasinya,
sehingga mereka merasa nyaman, merasa bebas dan merasa tidak terganggu.
Anak-anak ini punya naluri untuk berimajinasi dan berekspresi secara naluri dan
alamiah. Mereka akan merasa senang dengan berbagai uji coba yang tengah
dilakukannya. Terlepas dari segi bentuk yang diselesaikannya. Apapun hasilnya
itulah yang terbaik yang telah dilakukannya dalam berkreasi seni lukis.
Kebebasan dalam melakukan kegiatan
berkarya seni inilah, seorang anak kecil akan merasa mampu dan bisa untuk
menciptakan karya lukis yang sedang digelutinya. Perasaan bisa dan mampu ini
akan membawa minat yang berlebih untuk mencoba berkarya dan menghasilkan suatu
lukisan-lukisan berikutnya. Dia akan senang mencoba kembali dan berkarya lebih
banyak lagi karena didasari rasa senang yang tinggi. Dia akan semakin mood
(situasi yang selalu siap berkarya) untuk menghasilkan karya yang lebih banyak
lagi. Semakin banyak dia mencoba akan semakin tinggi pula perkembangan kemampuan
melukisnya.
Usahakan kondisi yang menyenangkan
seperti ini, tetap bisa dipertahankan. Tidak sekedar dipertahankan, tetapi
sebisa mungkin untuk selalu lebih meningkatkan dari kondisi yang ada menuju
kemajuan yang signifikan. Kondisi dalam arah peningkatan kemampuan ini, seorang
pendidik harus tetap bisa memberikan masukan yang bermakna. Masukan yang berupa
motivasi yang dipandang perlu dalam bentuk meningkatkan kemampuan berkreasi seni
lukis.
Membangkitkan motivasi diri pada anak
usia dini sangatlah penting, karena dengan kita memberikan motivasi kepada anak
didik, di harapkan nantinya anak tersebut akan mempunyai rasa percaya diri
untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, bisa bersosialisasi
dengan teman sebayanya. Dengan menumbuhkan motivasi diri pada anak usia dini
kita telah membantu untuk mewujudkan adanya tumbuh kembang siswa kita menjadi anak
yang sehat, cerdas dan ceria.
Terbentuknya motivasi diri pada anak
usia dini berasal dari dua jenis motivasi yaitu: 1. Motivasi yang berasal dari
dalam diri anak didik kita, yang disebut dengan Internal Motivation. Motivasi
ini muncul dari dalam diri anak tanpa adanya faktor luar yang mempengaruhinya.
2. Motivasi yang keluar karena adanya dorongan dari luar anak, misalnya seperti
adanya imbalan, tambahan uang jajan, reward, hadiah atau penghargaan. Motivasi
inilah yang disebut Eksternal Motivation atau motivasi eksternal.
Memotivasi anak usia dini dalam
berkarya seni lukis ini bisa dilakukan dengan dua cara tersebut, yaitu dengan
usaha memaksimalkan pertumbuhan motivasi dari dalam (motivasi internal) maupun
dengan menumbuhkan motivasi yang berasal dari luar diri sianak (motivasi
eksternal). Menumbuhkan motivasi internalnya dengan cara kita memberikan
kebebasan yang terarah agar anak usia dini tersebut mau bersosialisasi dengan
teman sebaya dilingkungan sekitarnya. kebebasan yang kita berikan tetap saja
merupakan suatu bentuk kebebasan yang masih tetap kita arahkan.
Menumbuhkan motivasi eksternalnya dengan cara kita mengumpulkan teman-teman sebayanya dalam satu tempat dan kita ajak mereka bersama-sama menciptakan suatu karya yang memerlukan kerjasama dalam satu team. Bisa kita lakukan dengan melukis menyusun objek gambar ataupun menyusun gambar balok menjadi satu bentuk tertentu. Dengan adanya kebersamaan diantara mereka, maka akan ada komunikasi yang terjalin sehingga diantara anak didik kita mempunyai rasa percaya diri telah mampu untuk berkarya lukis secara bersama-sama dengan lingkungan sekitarnya.
Menumbuhkan motivasi eksternalnya dengan cara kita mengumpulkan teman-teman sebayanya dalam satu tempat dan kita ajak mereka bersama-sama menciptakan suatu karya yang memerlukan kerjasama dalam satu team. Bisa kita lakukan dengan melukis menyusun objek gambar ataupun menyusun gambar balok menjadi satu bentuk tertentu. Dengan adanya kebersamaan diantara mereka, maka akan ada komunikasi yang terjalin sehingga diantara anak didik kita mempunyai rasa percaya diri telah mampu untuk berkarya lukis secara bersama-sama dengan lingkungan sekitarnya.
Pada dasarnya komunikasi adalah salah
satu kunci pokok agar motivasi diri pada diri anak usia dini dapat terus
berkembang. Motivasi dalam diri anak usia dini bisa kita berikan pula melalui sanjungan
dan pemberian kata-kata baik yang “NGALEMBANA” sehingga dapat meningkatkan kemampuan
yang mengarah pada pemberian dorongan, semangat dan arahan. Sehingga
perkembangan melukis pada anak usia dini ini lebih meningkat lagi menjadi anak yang sehat, cerdas dan ceria.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan
bahwa pemberian motivasi pendidikan melukis yang tepat untuk anak usia dini adalah
dengan memberikan kebebasan pada anak tanpa adanya aturan-aturan yang terlalu
membatasi anak untuk bebas berkarya seni, terlepas dari aturan bentuk objek
gambar yang ada. Kemudian hasil karya cipta anak dalam bentuk lukisan tersebut
harus mendapatkan apresiasi positif yang sifatnya menyanjung dan mengungkapkan
tentang segi-segi kelebihan yang ada pada karya lukis yang telah dihasilkannya
tersebut. Sehingga akhirnya anak akan suka dan berminat untuk berkarya seni
lukis. Anak akan merasa mampu dan percaya diri akan hasil karya cipta
lukisannya. Hal tersebut berimbas pada perkembangan yang optimal dalam
kemampuan melukisnya dan berpengaruh pula terhadap tingkat psikologis anak yang
dapat menjadikan anak bertambah percaya diri, menjadi anak sehat, cerdas dan
selalu ceria.
Penulis : Eko Kimianto, S.Pd
Pendidik di SMP Negeri 2 Gemuh,
bidang studi Seni Budaya.
0 komentar:
Posting Komentar