JATI DIRI DAN SIFAT KEPEMIMPINAN KRESNA 10: MENDUNG KELABU DI LANGIT MANDURA

12.10 Edit This 0 Comments »
Gambar ilustrasi: Dewi Mahera dibuang di hutan (karya ke-1.840, Herjaka HS, 2008). Gambar ini diambil dari http://wayang.files.wordpress.com/2010/03/krisna10.jpg

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (10) Mendung Kelabu di Langit Mandura

Di antara tiga isteri Basudewa yang cantik-cantik, yaitu Dewi Rohini, Dewi Dewaki dan Dewi Mahera, Dewi Maheralah yang paling mempunyai daya tarik. Oleh karenanya banyak raja yang mengincar Dewi Mahera. Dewi Mahera meyadari akan hal itu, namun ia tidak tahu pasti kejadian yang akan menimpa dirinya. Di suatu sore ketika sedang berbincang-bincang dengan para abdi, Dewi Mahera mengatakan sedih, selalu berdebar-debar, cemas dan khawatir akan keselamatan suaminya, raja Basudewa, yang sedang berada dalam perburuan. Dalam suasana yang demikian itu tiba-tiba datang Basudewa palsu. Mahera terkejut, sebab kedatangan raja tidak seperti biasanya yang memakai upacara penyambutan. Rasa heran Dewi Mahera belum terjawab, ketika Basudewa palsu berkata, bahwa ia tiba-tiba ingat isterinya dan merindukannya, ia ingin segera pulang dan mencumbu sepuasnya. Dewi Mahera tidak dapat berbuat banyak, walaupun perasaannya mengatakan lain, namun yang dihadapi adalah Basudewa, suaminya. Maka akhirnya mereka berdua melepas rasa rindu sebagai suami isteri.

Harya Prabu Rukma, yang diperintah raja untuk pulang dan mengawasi istana, datang mengelilingi istana. Ketika sampai di Keputren ia menjadi heran sebab raja Basudewa berada di istana Keputren. Lama ia berpikir, kemudian tumbuh rasa curiga. Harya Prabu Rukma berseru, memanggil-manggil isteri raja dari luar. Maka terjadilah pertengkaran mulut antara Basudewa palsu dengan Harya Prabu Rukma. Setelah yakin bahwa Basudewa yang masuk di Keputren tersebut adalah Basudewa palsu atau penjahat, menyeranglah Harya Prabu Rukma. Terjadilah perkelahian hebat. Harya Prabu Rukma melepaskan anak panah. Terkena anak panah tersebut, seketika hilanglah wujud Basudewa dan menjadi Gorawangsa. Maka Gorawangsa mengamuk di kerajaan Mandura. Namun pada akhirnya raja rasaksa itu mati terbunuh oleh panah Harya Prabu Rukma. Ditya Suksara turun dari angkasa, menyerang Harya Prabu Rukma. Tapi raksasa itu terkena panah rantai, tidak dapat bergerak, lalu menyerah kepada Harya Prabu Rukma. Harya Prabu Rukma memanggil patih Yudawangsa, lalu melaporkan peristiwa yang telah terjadi di istana tersebut. Patih Yudawangsa heran dan merasa bersalah karena sampai tidak tahu bahwa negara telah kedatangan musuh yang menyamar. Selanjutnya Harya Prabu Rukma mengikat dan membawa Ditya Suksara ke hutan perburuan untuk menghadap raja Basudewa.

Raja Basudewa sedang berbicara dengan Ugrasena tentang ilham dari dewa. Tidak lama kemudian datanglah Harya Prabu Rukma dengan membawa tawanan Ditya Suksara. Segala yang terjadi di kerajaan diceritakan kepada raja. Raja mengusut kehadiran Ditya Suksara di kerajaan Mandura. Ditya Suksara menceritakan kedatangan raja Gorawangsa yang ingin memperisteri raja Basudewa yang bernama Dewi Mahera. Ia minta ampun dan minta hidup. Bila ia tidak dibunuh, ia berjanji akan menyerahkan pusaka gada besi kuning kepada raja Basudewa. Raja Basudewa berkenan di hati. Ditya Suksara diberi ampun dan disuruh kembali ke negaranya. Kemudian raja segera pulang ke negara Mandura. Harya Prabu Rukma dan prajurit berbondong-bondong meninggalkan hutan untuk kembali ke kerajaan.

Raja Basudewa dihadap oleh para abdi istana. Para abdi dimintai keterangan tentang kejadian di dalam istana Keputren. Akhirnya diketahui hanya Mahera yang terkena kejahatan Gorawangsa. Raja menugaskan Harya Prabu Rukma untuk membunuh Mahera. Mahera dibawa ke hutan, diikuti dua abdi. Setelah sampai di hutan, Harya Prabu Rukma tidak sampai hati untuk membunuhnya. Mahera tidak bersalah, maka hanya ditinggalkannya di dalam hutan.

Harya Prabu Rukma kembali ke istana menghadap raja Basudewa. Dilaporkannya bahwa Mahera telah dibununhnya. Tiba-tiba datang Ditya Suksara menyerahkan gada pusaka. Raja berkenan. Ditya Suksara kembali ke negaranya.

Prajurit Gorawangsa kemudian datang menyerang kerajaan Mandura. Ugrasena ditugaskan memusnahkan para prajurit raksasa itu. Maka musuh pun tidak ada lagi.

Raja Basudewa hidup tenteram bersama dua isteri serta sanak saudaranya di Mandura.

RS Subalidinata. (Sumber : Lampahan Ringgit Purwa. Naskah Perpustakaan Reksapustaka Surakarta nomor D.79)

Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-10-mendung-kelabu-di-langit-mandura/

0 komentar: