JATI DIRI DAN SIFAT KEPEMIMPINAN KRESNA 20: KRESNA SUNGGING

13.56 Edit This 0 Comments »
Gambar ilustrasi: Kresna merasakan bahwa patung dan pohon tal putih yang
ada di depannya itu pada mulanya adalah manusia.

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (20) Kresna Sungging

Raja Kresna duduk di atas singgasana, dihadap oleh Wisnubrata, Patih Udawa dan Setyaki. Datanglah Patih Sengkuni utusan Suyudana, raja Ngastina. Kresna diminta menghadiri dan menjadi saksi penobatan Bagawan Sabdajati yang diangkat sebagai pujangga istana, menggantikan Pendeta Drona. Pendeta Drona telah lama pergi meninggalkan kerajaan Ngastina. Kresna sanggup menghadiri upacara itu. Kemudian ia masuk istana untuk berpamitan kepada para isteri. Wisnubrata dan Satyaki diserahi menjaga istana Dwarawati. Kresna dan Sengkuni berangkat menuju Ngastina.

Raja Baladewa datang di Dwarawati, disambut oleh Wisnubrata, Patih Udawa dan Satyaki. Setelah diberi tahu bahwa raja Kresna ke kerajaan Ngastina, Baladewa berpamitan akan menyusul ke Ngastina.

Raja Suyudana dihadap oleh warga Korawa, Adipati Karna, Indraswara dan Bagawan Sabdajati. Datanglah Patih Sengkuni bersama Kresna. Raja memberi tahu tentang rencana pengangkatan pujangga istana. Kresna mengusulkan agar jabatan pujangga diberikan kepada orang lain. Ia tidak setuju bila Sabdajati diangkat menjadi pujangga Ngastina. Terjadilah perdebatan antara Kresna dengan Bagawan Sabdajati. Mereka bertentangan pendapat. Kresna pergi meninggalkan pertemuan. Bagawan Sabdajati marah, Kresna pun dikejarnya. Di tengah jalan bagawan tersebut berjumpa raja Baladewa dan pengawalnya. Terjadilah perdebatan antara Baladewa dengan Bagawan Sabdajati. Mereka berkelahi. Baladewa terkena sabda sang Bagawan, dan berubah wujud menjadi patung. Satyaki yang membelanya juga terkena sabda, dan berubah menjadi pohon tal putih, berdiri di tengah jalan.

Arjuna dan panakawan mengembara di hutan, mencari Yudhisthira dan Wrekodara yang telah lama meninggalkan kerajaan Ngamarta. Di tengah hutan, Arjuna dikeroyok raksasa, tetapi raksasa dapat dikalahkan.

Dhang Hyang Drona tengah berdiri di tepi samodera, merenungkan perselisihannya dengan raja Suyudana. Ia ingin menjabat pujangga istana, tetapi raja berkehendak Drona menjadi brahmana kerajaan. Datanglah Bathari Pramoni. Ia memberi nasihat agar Drona hidup menyamar, sehingga cita-cita Drona bisa tercapai. Bathari Pramoni mengubah Dhang Hyang Drona menjadi Garuda, diberi nama Mintasih. Bathari Pramoni minta agar Garuda selalu memberi pertolongan kepada orang-orang yang sedang kesusahan.

Dalam perjalanan Arjuna bertemu dengan Kresna. Kresna bercerita tentang hal ihwal yang terjadi di Ngastina. Mereka setuju menuju ke Ngastina. Di tengah perjalanan

Mereka melihat patung dan pohon tal putih. Mereka heran. Kresna mengamat-amati dengan seksama. Ia mengira patung dan pohon itu semula manusia. Patung dan pohon tal lalu disayembarakan, siapa yang dapat mengembalikan ke wujud semula akan dipenuhi segala permintaannya. Garuda Mintasih mendengar, lalu menghadap Kresna. Garuda minta ijin akan mengembalikan wujud patung dan pohon tal. Berhasillah usaha Garuda, patung dan pohon kembali menjadi raja Baladewa dan Satyaki. Karena kesaktian Kembang Wijayakusuma, Garuda berubah menjadi Dhang Hyang Drona. Namun Dhang Hyang Drona minta mati. Kresna membuat lukisan yang menggambarkan Aswatama mati diinjak Gajah Putih. Dikatakan oleh Kresna, di situlah Dhang Hyang Drona akan mati. Kemudian Kresna, Baladewa, Arjuna dan Panakawan pergi menuju kerajaan Ngastina.

Yudhisthira dan Wrekodara menghadap Sang Hyang Wenang di Kahyangan Mereka bertanya masalah perang Bharatayudha. Pertanyaan mereka dijawab, bahwa perang mesti terjadi, karena harus diakuinya adanya kebenaran dan keadilan. Setelah banyak bicara, Sang Hyang Wenang menyuruh agar mereka pergi ke Ngastina. Di Ngastina akan ada upacara penobatan pujangga baru. Mereka diminta dengan menyamar dalam wujud resi. Mereka menjunjung perintah Sang Hyang Wenang. Yudhisthira menyamar dan berujud resi bernama Resi Wasesa, dan Wrekodara bernama Bratawasesa. Mereka berdua turun ke Marcapada, menuju Ngastina.

Raja Suyudana dihadap oleh Bagawan Sabdajati dan tokoh-tokoh Korawa. Datanglah warga Korawa, memberi tahu, bahwa di alun-alun terjadi perkelahian hebat. Seorang pendeta melawan Kresna, dan Dhang Hyang Drona melawan Arjuna. Raja Suyudana bersama Bagawan Sabdajati menuju ke alun-alun. Mereka melerai yang sedang berkelahi. Resi Wasesa kembali menjadi raja Yudhisthira dan Bratawasesa menjadi Wrekodara. Bagawan Sabdajati melerai pertengkaran mereka dan berkata, bahwa sekarang belum waktunya terjadi perang besar.

Raja Suyudana memanggil Dhang Hyang Drona dan minta agar tetap tinggal duduk sebagai brahmana di istana Ngastina. Mereka yang hadir diundang pesta di Ngastina.

(Sumber Bacaan: Kresna Sungging. Marwoto Panenggak Widodo. Penyebar Semangat Nomor 24 Tahun1981)
R.S. Subalidinata

Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-20-kresna-sungging/

0 komentar: