KENANGAN PAK TINO SIDIN DALAM GEMAR MENGGAMBAR DI TVRI
20.38 Edit This 0 Comments »Gambar Bagus yang Tak Sempat Dikirim ke Acara Gemar Menggambar di TVRI Asuhan Pak Tino Sidin (www.sejuta-puisi.blogspot.com)
TINO SIDIN
Tino Sidin (lahir di Tebingtinggi, Sumatera Utara, 25 November 1925 – meninggal di Jakarta, 29 Desember 1995 pada umur 70 tahun) adalah seorang pelukis dan guru gambar yang terkenal dengan acaranya di stasiun TVRI era 80-an, yaitu Gemar Menggambar. Dalam acara ini "pak Tino" mengajar anak-anak bahwa menggambar itu mudah, dan merupakan perpaduan dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Pada akhir setiap acara beliau menunjukkan gambar-gambar yang dikirim oleh pemirsanya dan kemudian menambahkan komentar yang sangat dikenal, "Bagus!"
(www.id.wikipedia.org/wiki/Tino_Sidin).
Menggambar adalah ibarat mengeja abjad-abjad, sedangkan melukis bagaikan mengarang novel. Demikian pernah dikatakan Pak Tino Sidin. Masih selalu dengan trade mark-nya, berbaret hitam dengan kuncir dan cangklong hitam buatan
Tino Sidin merupakan putra Jawa kelahiran Sumatera yaitu Tebingtinggi, Sumatera Utara 25 November 1925. Dia tutup usia pada usia sekitar 70 tahun, pada 29 Desember 1995 di Rumah Sakit Dharmais,
MengenangTino Sidin, tentu saja kita ingat pada acara yang diasuhnya di TVRI yaitu Gemar Menggambar. Semula acara Gemar Menggambar hanya disiarkan di Stasiun TVRI Yogyakarta pada 1976-1978, sebelum kemudian dilanjutkan di TVRI Jakarta setiap Minggu sore untuk program serupa hingga beberapa tahun.
Tino Sidin yang lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI)
Kecintaan Tino Sidin pada dunia lukis dan anak-anak tersebut sungguh bertolak belakang dengan kehidupan masa lampaunya yang penuh dengan kekerasan. Latar belakang pada masa-masa revolusi kemerdekaan memang membuat Tino Sidin ikut berjuang dalam situasi kekerasan yang jauh berbeda dengan masa-masa kedekatannya dengan anak-anak melalui seni lukis.
Sebab dia pernah ikut andil dalam perang revolusi kemerdekaan dengan menjadi anggota Polisi Tentara Divisi Gajah Dua Tebingtinggi. Tahun 1945. Tidak hanya itu, pada masa-masa pergerakan revolusi setelah kemerdekaan, yaitu tahun 1946 hingga 1949 ia ikut terlibat lagi dengan bergabung menjadi anggota Tentara Pelajar Brigade 17 Yogyakarta, bersama-sama dengan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
Demikianlah dia sepenuhnya percaya bahwa seni akan membuat orang, terutama anak-anak akan menjadi halus dan dengan demikian akan jauh dari hal-hal yang berbau kekerasan.(www.dekade80.blogspot.com).
0 komentar:
Posting Komentar