GRAFFITI : KARYA SENI YANG SEDANG NGETREND DIKALANGAN SISWA
22.31 Edit This 0 Comments »
Siswa sebagai kawula muda merupakan
salah satu kelompok umur yang sedang bergejolak. Bergejolak dalam perkembangan
untuk mencari jati diri. Siswa ingin menunjukkan siapa dirinya dalam lingkungan
kehidupannya. Menunjukkan ego, menunjukkan kemampuan yang dimiliki, ingin
menonjolkan dirinya dan ingin diakui keberadaan dirinya. Hal ini wajar dalam
psikologi perkembangan mental dan fisiknya
yang mengalami perubahan yang luar biasa. Fisiknya mengalami perubahan
dari bentuk tubuh anak-anak menjadi remaja, sedangkan mentalnya juga berubah drastis dari masa
bermain anak menjadi masa remaja dengan berbagai dinamikanya.
Siswa mulai timbul ketertarikan pada sesuatu
bentuk untuk menampilkan dirinya dengan penilaian yang lebih tinggi. Siswa
ingin dirinya mempunyai kelebihan yang ditonjolkan supaya dikenal di kalangannya atau masyarakat dimana
ia berada. Hal ini menimbulkan sesuatu yang disukai dan diminati oleh
sekelompok kalangan muda. Sehingga semua yang merasa berjiwa muda ingin meniru
dan melakukan sesuai dengan yang dilihat, disukai dan dipandang menarik untuk
ditirunya.
Dari segala tingkah polah kawula muda
yang diminati secara kolektif inilah maka dikenal dengan perkataan ngetrend. Istilah
nge”TREND” dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk mengungkapkan
keadaan dimana suatu hal sedang digemari atau sedang menjadi perhatian
kebanyakan orang. Selain berhubungan dengan bentuk yang dipakai seperti
misalnya fashion, trend pun memiliki kaitan erat dengan berbagai bentuk karya
seni rupa lainnya, misalnya seperti seni
lukis, seni bangun , seni batik atau seni lainnya. Hal diatas menunjukkan
betapa pentingnya pemahaman akan trend ini.
Ketika mendapati keadaan dimana suatu
hal sedang menjadi trend (istilahnya sedang trendy), kebanyakan orang akan
berlomba-lomba untuk memilikinya. Bukan semata-mata untuk mencapai kebutuhan yang
diinginkan siswa, tapi kita akan tahu dengan sendirinya, keinginan mereka supaya
hal ini tidak dibilang ketinggalan zaman atau dikatakan katrok. Para siswa
tidak perlu munafik untuk mengakuinya, sehingga tidak dibilang katrok. Tentang hal ini makanya
para siswa seakan wajib mengikuti trend yang sedang merebak dan minati secara
umum oleh kawula muda.
Salah satu kecenderungan siswa (hal
ini sebagai kawula muda) adalah keinginannya untuk mengungkapkan kebebasan
hasrat hatinya lewat corat-coret pada tempat-tempat tertentu. Corat-coret ini bisa
diartikan secara positif dan bisa juga diartikan secara negatif. Secara
positif: berarti siswa ini telah dapat mencurahkan isi hatinya tanpa terkendala
pada sesuatu yang mengakibatkan
memberatkan dirinya. Sedangkan segi negatifnya adalah corat-coret ini
cenderung kurang beraturan dilampiaskan pada tempat umum sehingga dapat
mengganggu kenyamanan khalayak yang menggunakan atau sekedar lewat pada tempat
tersebut. Memang seharusnya hal ini disikapi dengan arif dan bijaksana, jangan
sekedar memvonis memberikan hukuman atau sangsi pada mereka. Berikan kesempatan
pada siswa untuk berkreasi sesuai yang sedang disukai dan merebak dikalangan
anak muda.
Saat ini kegiatan corat-coret siswa
yang sedang ngetrend adalah berkarya cipta seni yang dikenal dengan nama karya GRAFFITI. Graffiti bagi
anak muda sudah tidak asing lagi. Mereka sudah cukup familier dengan sebutan
istilah ini. Graffiti (juga dieja graffity atau grafiti) adalah salah satu
karya seni rupa yang berbentuk coretan-coretan pada dinding yang menggunakan
komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan suatu kata, simbol
atau susunan kalimat tertentu. Media yang digunakan sebenarnya bebas tidak
tergantung pada alat-alat rupa tertentu saja. Tetapi kecenderungan saat ini
alat yang digunakan biasanya berupa cat semprot kaleng. Tetapi ada juga yang
menggunakan semacam cat tembok atau cat kayu yang dilapisi dengan pelapis yang
transparan atau berwarna netral. Memang sebelum cat semprot dikenal dan
tersedia, graffiti pada umumnya dibuat dengan sapuan cat menggunakan kuas atau
kapur.
SEJARAH GRAFFITI
Manusia pra sejarah atau disebut
pula manusia primitif pada zaman dahulu mempunyai kebiasaan melakukan kegiatan
corat-coret pada dinding-dinding goa. Penggambaran ini disesuaikan dengan
kegiaan yang berlangsung pada saat itu, misalnya suasana berburu atau suasana
mencari makanan mereka. Kegiatan ini serasa sangat penting untuk menggambarkan
kehidupan mereka, disamping juga untuk menggambarkan keyakinan yang dipercaya
pada saat itu.
Kebiasaan melukis di dinding bagi
manusia primitif adalah sebagai salah satu sarana cara mengkomunikasikan
kegiatan perburuan. Pada masa primitif ini, pembuatan graffiti digunakan sebagai sarana mistisme dan
spiritual untuk memberikan semangat membangkitkan kekuatan di dalam berburu.
Berburu adalah kegiatan mereka, berburu adalah salah satu cara untuk
mempertahankan kehidupannya.
Perkembangan berikutnya pada
kehidupan kesenian di zaman Mesir Kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di
dinding-dinding Piramida, Mastaba atau karya seni bangun yang lainnya. Lukisan
pada zaman ini berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan kehidupan
masyarakat yang berhubungan dengan alam lain. Bentuk komunikasi ini adalah
bentuk alam lain yang akan ditemui oleh seorang Pharaoh (Firaun) setelah
dimumikan.
Kegiatan Graffiti sebagai sarana untuk menunjukkan
ketidakpuasan, baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan
tentang sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Salah satu
lukisan yang bertemakan tentang sindiran dapat ditemukan di reruntuhan kota
Pompeii. Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk
mendiskreditkan pemeluk agama yang dianut masyarakat pada zaman itu yang
mendapatkan larangan dari Kaisar.
GRAFFITI DI ZAMAN MODERN
Pada zaman modern ini timbul adanya
kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh. Pemisahan kelas sosial ini
berakibat menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk
melampiaskan hasrat nurani seninya. Kegiatan mengekspresikan naluri seni ini
terasa tersumbat bagi golongan tertentu yang merasa di bawah tekanan. Akibatnya
beberapa individu menggunakan sarana
yang hamper tersedia di setiap belahan sudut-sudut kota. Sarana yang
tersedia dan bebas penggunaannya menurut mereka adalah dinding.
Penyebab lainnya adalah pendidikan
yang berkaitan dengan kesenian sangat
kurang. Hal ini menyebabkan objek yang sering muncul dalam karya graffiti
berupa tulisan-tulisan, sandi atau simbol yang hanya dipahami oleh golongan
tertentu saja. Biasanya karya ini menunjukkan
ketidakpuasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.
Meskipun pada awal perkembangan zaman modern bersifat
merusak dan menyebabkan tingginya biaya pengeluaran pemeliharaan kebersihan
kota, namun graffiti tetap merupakan bentuk ekspresi seni yang patut dihargai.
Bisa kita jumpai banyak sekali seniman terkenal yang mengawali kariernya dari kegiatan mengungkapkan rasa lewat graffiti.
Pada perkembangan selanjutnya,
disekitar tahun tujuhpuluhan graffiti di Amerika dan Eropa, akhirnya merambah
ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Saat
itu karena citranya kurang bagus, graffiti terlanjur menjadi momok bagi
keamanan kota. Alasannya adalah karena
dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Graffiti pada saat ini memang tidak sekedar melakukan
kegiatan seni pada dinding kosong saja, tetapi sering dibuat juga pada dinding
kereta api.
Di Amerika Serikat sendiri saat
ini, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam
graffiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang
menetapkan bahwa graffiti adalah kegiatan yang bersifat illegal. Untuk
mengidentifikasi pola pembuatannya graffiti dibagi menjadi dua jenis yaitu Gang
Graffiti dan Tagging Graffiti.
Gang Graffiti yaitu graffiti yang
berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang
gabungan, para anggota gang atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang
itu. Sedangkan Tagging Graffiti adalah jenis graffiti yang sering dipakai untuk
ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini
bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Graffiti jenis ini
memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bombernya, hal ini
semacam tanggung jawab pembuatnya.
Fungsi dari graffiti adalah sebagai
bahasa rahasia kelompok tertentu, sebagai sarana ekspresi ketidakpuasan
terhadap keadaan sosial, sarana pemberontakan dan ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan
sosial.
Maka dari itu mudah bagi kita
memahami bagaimana kawula muda dan siswa ini begitu antusias untuk
mengungkapkan rasa pribadi maupun kelompoknya pada karya seni graffiti ini.
Siswa adalah anak-anak muda yang sedang mengalami perkembangan perubahan jiwa
menuju pada tataran kedewasaannya. Mereka adalah pribadi yang sedang
memberontak untuk mencari jatidirinya. Salah satu pelampiasan emosionalnya yang
paling cocok yaitu dengan corat-coret pada tempat-tempat tertentu untuk
membentuk suatu karya Graffiti. Hal ini mempermudah dan mempercepat gejala trend
dalam bentuk graffiti pada para siswa.
Langkah-langkah yang paling positif
adalah membuatkan sarana beradu cipta graffiti pada tempat-tempat tertentu yang
dianggap pantas dan dapat menambah keindahan lingkungan yang dijadikan sarana
berekspresi karya tersebut. Bisa juga siswa diberi kesempatan untuk menyalurkan
hasratnya ini dengan mengadakan lomba-lomba yang berhubungan dengan graffiti,
lomba ini tidak diadakan hanya sekedar gebyar sesaat saja tetapi bisa berkelanjutan
dan mempunyai intensitas yang dapat lebih diperbanyak lagi. Sehingga gaya trend
para siswa ini dapat disalurkan pada kegiatan yang membawa hasil yang positif dan lebih baik dalam kehidupannya
sekarang dan masa yang akan dating.
mplate Entry
0 komentar:
Posting Komentar