Banjaran Cerita Pandhawa (21) Arjuna Terus
07.05 Edit This 0 Comments »Banjaran Cerita Pandhawa (21) Arjuna Terus
Prabu Duryodana raja Ngastina duduk di atas Singhasana dihadapap oleh Lesmana Mandrakumara, Pendeta Durna, Patih Sakuni, Adipati Karna, Dursasana, Kartamarma, Jayadrata, Durmagati, Citraksa dan Citraksi. Raja mendengar kabar tentang kehebatan Pandhawa, lalu ingin berkunjung ke Ngamarta. Raja minta agar Patih Sakuni mempersiapkan kepergiannya.
Prabu Duryodana masuk ke istana memberitahu kepada permaisuri tentang warga Pandhawa dan kehebatan beritanya. Raja dan permaisuri kemudian santap bersama.
Patih Sakuni dan Adipati Karna mengajak para Korawa untuk segera bersiap-siap pergi ke Ngamarta. Setelah siap mereka berangkat.
Prabu Kresna raja Dwarawati berbicara dengan Patih Udawa, Samba, Satyaki dan Satyaka. Mereka membicarakan berita Arjuna yang ingin memperluas daerah kekuasaannya. Kresna ingin berkunjung ke Ngamarta.
Prabu Jathayaksa raja Guwa Miring dihadap oleh Jathayaksi dan Patih Jathaketu. Raja ingin melamar Dyah Sarimaya putri Prabu Sukendra raja Srawantipura. Ditya Kala Meru diutus menyampaikan surat lamaran. Ditya Kala Meru segera berangkat.
Perjalanan Ditya Kala Meru dan perajurit bertemu dengan barisan perajurit Ngastina. Terjadilah perselisihan, tetapi perajurit Kala Meru menyimpang jalan.
Angkawijaya menghadap Bagawan Abiyasa mohon doa restu atas cita-cita Arjuna, ayahnya. Bagawan Abyasa merestuinya. Angkawijaya mohon diri, lalu meninggalkan pertapaan. Para panakawan menyertainya.
Prabu Sukendra raja Srawantipura bersedih hati, karena Dyah Sarimaya hamil sebelum bersuami. Sang raja marah setelah diberi tahu oleh Dyah Sarimaya, bahwa ia hamil karena Arjuna. Patih dan Mayakusuma diperintahkan untuk membakar Dyah Sarimaya. Di tengah api bernyala Arjuna masuk untuk melindungi Dyah Sarimaya. Dyah Sarimaya tidak mati terbakar, Arjuna meninggalkan api pembakaran.
Perjalanan Angkawijaya dihadang oleh raksasa Guwa Miring. Terjadilah perkelahian. Perajurit raksasa musnah tidak tersisa.
Prabu Puntadewa raja Ngamarta dihadap oleh Bima, Nakula dan Sadewa. Prabu Kresna datang menanyakan kabar tentang Arjuna. Patih Sakuni, Adipati Karna dan para Korawa datang. Mereka mendengar cerita Prabu Puntadewa tentang Arjuna. Kresna ingin ke Madukara. Adipati Karna beserta para Korawa heran. Kresna dan Bima pergi ke Madukara.
Arjuna berpesan kepada Gathotkaca dan Angkawijaya, bila orang akan masuk kerajaan Madukara harus melepas keris. Bima datang hendak menemui Arjuna. Gathotkaca menyongsong dengan meminta keris. Bima tidak memberikannya, lalu memaksa masuk ke istana Arjuna. Setelah melangkah masuk ke pintu, Bima berubah jadi perempuan. Bima malu, lalu mundur.
Kresna akan masuk, ditahan oleh Angkawijaya. Keris diminta, tetapi Kresna tidak memberikannya. Kresna memaksa untuk masuk, seketika berubah menjadi perempuan. Kresna malu, pergi lari tanpa berpamitan, menuju ke Suralaya.
Hyang Guru sedang berbicara dengan Hyang Narada. Tiba-tiba Kresna datang. Kresna mengadu, bahwa Arjuna mengumumkan diri sebagai “Lelananging Jagad.” Hyang Guru marah, minta agar Hyang Narada turun ke marcapada.
Hyang Narada tiba di Madukara, diterima oleh Gathotkaca dan dan Angkawijaya. Mereka minta keris Hyang Narada, tetapi tidak diberikannya. Hyang Narada memaksa masuk ke istana Arjuna. Setelah melangkah akan masuk, seketika Hyang Narada berubah menjadi jenis wanita. Hyang Narada berteriak-teriak, melarikan diri, kembali ke Suralaya. Hyang Narada menghadap Hyang Guru, untuk melaporkan kejadiannya tentang Arjuna. Hyang Guru cepat-cepat turun ke marcapada.
Arjuna sedang duduk bersama Gathotkaca dan Angkawijaya. Hyang Guru dan Hyang Narada datang. Mereka menghormat Arjuna yang dilindungi oleh Sang Hyang Jati Wasesa, lalu kembali ke Suralaya.
Kresna dan Bima datang menghormat, Sang Hyang Wisesa memberi tahu kepada Kresna dan Bima, bahwa Arjuna adalah “Lelananging Jagad.” Sesudah memberi tahu kepada Kresna dan Bima, Sang Hyang Wisesa tidak menampakkan diri. Para Pandhawa senang hatinya.
Adipati Karna iri hati, lalu membakar tempat persidangan di Madukara. Gathotkaca dan Angkawijaya menahan kemarahan Adipati Karna dan para Korawa. Mereka dihalau kembali ke Ngastina.
Para Pandhawa berkumpul di Ngamarta, lalu mengadakan pesta kebahagiaan bersama Prabu Kresna.
R.S. Subalidinata
Mangkunagara VII Jilid XXVII, 1932: 20-24
0 komentar:
Posting Komentar