Selasa, 17 Oktober 2017

SENI RUPA DALAM SEJARAH ISLAM

SENI RUPA DALAM SEJARAH ISLAM
Sejarah Islam takkan bisa lepas dari karya seni, khususnya karya-karya seni rupa. Aksesoris Islam merupakan salah satu bukti sejarah bentuk kebersamaan dalam laju perkembangan budaya Islam. Di tambah dengan adanya bentuk-bentuk arsitektur yang amat menakjubkan dalam Kekhalifan Islam. Hal tersebut menunjukkan bahwa masa Islam adalah masa keemasan dalam berbagai bentuk karya-karya seni rupa, seperti karya Arsitektur, Kaligrafi, Desain, Tata Busana, Dekorasi, Persenjataan Perang yang bernilai seni dan berbagai aksesoris yang digunakan dalam kebutuhan sehari-hari pada masa-masa Islam tersebut.
           Sejarah Seni Rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir hingga akhir masa keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikan meliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Eropa sejak mulai munculnya Islam pada 571 M hingga mulai mundurnya kekuasaan Turki Ottoman (Turki Utsmaniyah). Walaupun sebenarnya Islam dan keseniannya tersebar jauh lebih luas daripada itu dan tetap bertahan hingga sekarang.
           Seni rupa Islam adalah suatu bentuk yang khas. Prinsip seni rupa Islam memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang dikenal pada masa kini. Tetapi perannya sendiri cukup besar di dalam perkembangan seni rupa modern. Antara lain dalam  pemunculan unsur kontemporer seperti abstraksi dan filsafat keindahan. Seni rupa Islam juga memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi motif hias. Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli medium arsitektur daripada yang banyak ditemukan pada masa ini, perabotan. Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque. Peninggalan seni rupa Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi  buku, dan permadani.
            Seni rupa Islam tidak berdiri sendiri seperti Seni rupa Buddha ataupun Barat. Ia merupakan gabungan dari kesenian daerah-daerah taklukan akibat adanya ekspansi oleh kerajaan  bercorak Islam di sekitar Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil, dan Eropa dan  penaklukan oleh bangsa Mongol. Daerah ini didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor, Spanyol, Bizantium, India, Mongolia, dan Seljuk. Selain itu ditemukan pula pengaruh akibat hubungan dagang, seperti Tiongkok. Ini disebabkan miskinnya seni rupa asli Arab pada saat itu walaupun dalam bidang sastra dan musik sebenarnya memperlihatkan hal yang menakjubkan. Keberagaman pengaruh inilah yang membuat seni rupa Islam sangat kaya. Hal ini terutama bisa dilihat dari arsitektur Islam yang memperlihatkan gabungan corak dari  berbagai daerah.
SENI RUPA ASLI JAZIRAH ARAB
            Seni rupa asli Jazirah Arab bisa terlihat dari arsitektur di sekitar wilayah Makkah dan Madinah. Kedua kota ini merupakan pusat pemerintahan pada masa Nabi Muhammad. Biasanya arsitektur asli Jazirah Arab berupa bentuk bangunan segi empat sederhana yang difungsikan sebagai tempat ibadah. Bagian tengah merupakan lapangan terbuka dengan dikelilingi pilar, dinding, dan kamar-kamar. Lapangan berfungsi sebagai tempat salat  berjamaah dan di bagian depan kiblat terdapat mimbar untuk khatib yang memberikan ceramah keagamaan. Contoh bangunan yang masih memperlihatkan ciri arsitektur ini adalah Masjid Nabawi.
 SENI RUPA UMAYYAH
            Seni rupa pada zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian Bizantium, sebagai akibat dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari Makkah ke Syria. Seni rupa ini banyak memperlihatkan ciri seni rupa kristen awal, yaitu bentuk-bentuk basilika dan menara. Seperti  bisa dilihat di Masjid Umayyah yang awalnya adalah Gereja Johannes di Damaskus. Interior masjid ini digarap seniman-seniman Yunani dari Konstantinopel.
          Pada masa ini ragam hias mosaik dan stucco yang dipengaruhi oleh pengulangan geometris sebagai tanda berkembang pesatnya ilmu pengetahuan. Selain itu ciri khas lapangan di tengah masjid mulai diganti oleh ruangan besar yang ditutup kubah.
           Pada masa ini pula dikenal kalifah yang sangat memperhatikan kelestarian masjid-masjid, yaitu Kalifah Abdul Malik dan Kalifah Al-walid. Kalifah Abdul Malik membangun Kubah Batu Karang (dikenal pula dengan nama Masjid Quber esh Sakhra dan Masjid Umar) sebagai  pengingat tempat dinaikkannya Nabi Muhammad ke langit pada peristiwa Isra-Miraj. Selain itu dibangun pula Masjid Al Aqsa. Dinasti Umayyah juga meninggalkan banyak istana yang memiliki ciri tersendiri, yaitu  bangunan di tengah-tengah gurun pasir yang terasing, walaupun kini banyak yang telah rusak. Contohnya adalah Istana Kusair Amra.
 SENI RUPA ABBASYIAH
            Perkembangan seni rupa periode ini dimulai sejak tahun 747 M sebagai akibat keruntuhan Dinasti Umayyah akibat revolusi oleh Keluarga Abbasiyah bersama kelompok Syiah. Seni rupa ini terkonsentrasi di pusat pemerintahan baru di daerah Baghdad dan kemudian pindah ke Sammara, Persia (sekarang wilayah Iran dan Irak).
           Walaupun sebenarnya Baghdad adalah  pusat pemerintahan dan kebudayaan, namun penyerangan oleh bangsa Mongol membuat hampir seluruh peninggalan di daerah ini musnah, sehingga bukti karya lebih banyak didapat di daerah-daerah sekitarnya. Seni rupa pada zaman ini maju akibat lancarnya perdagangan dengan bangsa Syria, Tiongkok, India, dan bahkan Nusantara.                 Disamping hal itu dimulai banyak penerjemahan tulisan-tulisan kuno Yunani, sehingga seni ilustrasi berkembang.
          Peninggalan penting dari masa ini adalah Masjid Mutawakkil, Masjid Abu Delif, dan bekas istana kalifah. Masjid pada zaman ini berciri mirip bangunan kuno mesopotamia, yaitu menara yang semakin mengecil di bagian ujungnya dan motif hias abjad Kufa, yaitu motif hias dari kaligrafi berbentuk tajam dan kaku. Selain itu ditemukan bentuk tiang melengkung. Pindahnya kekuasaan dari keluarga Abbasyiah ke Fatimiyah dan dipindahkannya ibukota ke Mesir membuat pengaruh seni Afrika Utara menjadi kuat.
 SENI RUPA TURKI
          Pengaruh Turki didapat dari penaklukan Iran oleh bangsa Turki pada abad 11 M. Di bawah kekuasaan ini Bizantium, Iran, Mesopotamia, dan Asia Kecil bersatu di bawah kerajaan  bercorak Islam. Pada masa ini seni rupa yang berkembang adalah dekorasi dan tekstil. Antara lain ditemukan teknik hias batu bata. Selain itu ditemukan kaligrafi dengan abjad nashi dan juga banyak  pengaruh keramik-keramik Tiongkok dari dinasti Sung.
 SENI RUPA KORDOBA
           Dimulai pada tahun 750, Seni rupa Kordoba meliputi daerah Spanyol dan Moor. Contoh  peninggalannya adalah Masjid Kordoba. Ia merupakan gabungan kesenian Yunani klasik dan kesenian lokal yang tidak terorganisasi dengan baik menjadi satu kesatuan. Ciri utamanya adalah pelengkung tapal kuda. Ciri khas seni rupa dari Moor adalah pemakaian motif yang diinspirasi oleh pengulangan ilmu ukur.
KAMALUDIN BEHZAD MAESTRO SENI LUKIS MINIATUR
          Maestro seni lukis Persia. Begitulah Kamaluddin Behzad--pelukis miniatur terkemuka dari Persia-- itu kerap dijuluki. Ia adalah pelukis miniatur ulung yang mendedikasikan dirinya di istana Dinasti Timurid serta Safawiyah. Sebagai pelukis andal, Behzad pun didapuk sebagai direktur bengkel seni lukis (kitabkhana) yang memproduksi risalah bergambar dengan gaya yang khas
          Behzad terlahir sebagai anak yatim di kota Herat (Afghanistan) pada 1450 M. Ia dibesarkan oleh ayah angkatnya, seorang pelukis terkemuka bernama Mirak Naqqash. Behzad pun tumbuh sebagai anak yang menggemari lukisan. Berkat kemampuan melukisnya, sang maestro pun dipercaya penguasa Timurid, Sultan Husain Bayqarah (berkuasa 1469 M-1506 M), untuk menjadi pelukis istana.    Selain dipercaya Sultan, Behzad juga sering diminta oleh para penguasa Timurid untuk melukis.                               Ketika kekuasaan Dinasti Timurid ambruk, pamor Behzad sebagai maestro lukis tetap bersinar. Tak heran, jika penguasa Dinasti Safawiyah yang berpusat di Tabriz juga mengangkatnya sebagai pelukis istana. Saat itu, Dinasti Safawiyah dipimpin oleh Shah Ismail I Safav. Behzad pun diangkat sebagai direktur studio lukis istana Safawiyah. Dengan kepercayaan itu, sang maestro pun mengembangkan seni lukis yang kemudian menjadi ciri khas lukisan Persia.  
           Pelukis Persia di era Behzad kerap menggunakan susunan elemen-elemen arsitektur geometrik sebagai struktur atau konteks komposisi dalam menyusun gambar. Behzad pun memiliki kemampuan dalam membuat landskap. Ia sering menggunakan simbol-simbol sufi dan simbol warna untuk menyampaikan pesan. Behzad pun dikenal sebagai pelukis yang memperkenalkan aliran naturalisme ke dalam lukisan Persia. Karya-karya Behzad dikenal hingga ke peradaban Barat. Karya lukisnya digunakan dalam buku Layla Majnun dan Haft Paykar.
         Seperti halnya Abu Nawas, sosok Behzad pun terbilang legendaris. Jika figur Abu Nawas masuk dalam cerita Hikayat 1001 Malam, Behzad pun dijadikan salah satu figur dalam kisah novel karya Orphan Pamuk berjudul, My Name is Red. Dalam novel itu, Behzad diceritakan sebagai seorang pelukis miniatur Persia yang sangat hebat. Behzad meninggal pada 1535 M. Ia dimakamkan di Tabriz. Sosoknya hingga kini masih tetap dikenang. Patung Behzad hingga kini masih tetap berdiri kokoh di 2-Kamal Tomb, Tabriz--kota terbesar keempat di Iran. Behzad tetap dianggap sebagai pelukis hebat dan legendaris milik bangsa Iran khususnya dan Islam pada umumnya.
           Begitulah sekilas sejarah tentang seni rupa Islam. Hal ini untuk membuka mata kita bahwa Islampun tak pernah lepas dan anti terhadap karya-karya seni rupa. Islam adalah agama yang mencintai keindahan dan keindahan itu adalah Islam. Seni pada prinsipnya adalah sesuatu yang mempunyai unsur keindahan, baik keindahan yang bersifat objektif maupun keindahan yang bersifat subjektif.
          Sejarah tersebut juga untuk memperlihatkan bukti bahwa karya seni rupa Islam bukan hanya bentuk kaligrafi saja, tetapi meliputi segala unsur seni rupa yang lainnya. Karya seni rupa Islam adalah segala bentuk karya seni rupa yang menjunjung tinggi ke”ESA”an Allah SWT dengan mencintai segala keindahan yang telah diciptakanNya. Keindahan tersebut harus bersih dari unsur yang membawa manusia pada kesyirikan dan bersih dari segala sesuatu yang berbau menyekutukan Allah. Intinya adalah seni rupa yang diperbolehkan dalam Islam merupakan hasil karya tentang keindahan yang terhindar dari perbuatan syirik. Sekian banyak keindahan yang ada di alam semesta, bisa dimanfaatkan manusia sebagai media, ekspresi  dan ide dalam menciptakan berbagai bentuk kreativitas karya-karya seni rupanya.

Penulis : Eko Kimianto, S.Pd
Alumnus Pendidikan Seni Rupa UNNES/IKIP Semarang
Pendidik di SMP Negeri 2 Gemuh, bidang studi Seni Budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar