PENDIDIKAN KARAKTER : SATU TELADAN LEBIH UTAMA DARI SERIBU NASEHAT
Pendidikan karakter terasa amat penting untuk
saat ini. Disaat anak-anak bangsa ini mulai menjauh dari nilai-nilai moral dan
religi. Seakan mereka telah lepas kendali dan semakin menjauh dari nilai-nilai
luhur agama, budaya dan tata sosial yang dipegang teguh oleh bangsa ini. Mereka
seakan sudah tak kenal lagi apa artinya sopan santun, adab pergaulan dan
prinsip-prinsip pergaulan yang telah mendarah daging selama berabad-abad
lamanya dalam diri bangsa Indonesia ini.
Kekhawatiran akan semakin menjauhnya para
tunas bangsa dari penanaman luhur norma budaya bangsa ini, perlu adanya solusi
terbaik untuk lepas dari permasalahan ini. Di butuhkan adanya jalan keluar
sehingga para pemuda mulai mencintai dan kembali pada jalan yang lebih mulia
yaitu menerapkan kembali nilai moral agama dan budaya dalam kehidupan
kesehariannya. Hal ini dibutuhkan pendidikan karakter yang lebih mengena pada
sasarannya.
Pendidikan karakter kiranya yang lebih
tepat untuk diberikan pada anak-anak muda yang berkaitan dengan permasalahan
moral tersebut.. Anak-anak muda ini tidak lain adalah anak-anak usia sekolah
yang sedang menempuh pendidikannya di lembaga pendidikan formal maupun non
formal. Baik yang berada dalam lingkup pendidikan yang berbasis agama maupun
pendidikan yang bersifat umum. Penanaman pendidikan karakter terasa teramat
penting dan mendesak untuk diberikan kepada mereka. Terlihat urgen dengan keadaan
saat ini yang semakin menjauh dari nilai-nilai luhur budaya dan sosial.
Pendidikan Karakter merupakan bentuk
kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik
diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan karakter adalah
untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih
kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik. Aktivitas pendidikan
sejak awal telah dijadikan sebagai cara bertindak dari masyarakat.
Manusia
mewariskan nilai moral yang menjadi bagian penting dari budaya
masyarakat
dimana tempat mereka hidup dan mewariskan nilai moral tersebut kepada generasi
selanjutnya. Pendidikan memiliki peran penting karena pendidikan
tidak hanya menentukan keberlangsungan masyarakat
namun juga menguatkan identitas individu dalam sosial masyarakat
yang berbudaya.
Pendidikan
karakter bukan hal baru dalam tradisi pendidikan di Indonesia. Beberapa tokoh pendidik Indonesia
modern yang kita kenal seperti Ir.Soekarno
telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk moral
kepribadian dan identitas bangsa yang bertujuan menjadikan bangsa
Indonesia
menjadi bangsa
yang berkarakter.
Permasalahan
pendidikan karakter di Indonesia sejauh ini menyangkut pendidikan
moral
dan dalam aplikasinya terlalu membentuk satu arah pembelajaran khusus sehingga
melupakan mata pelajaran lainnya, dalam pembelajaran terlalu membentuk satu
sudut kurikulum
yang diringkas kedalam formula menu siap saji tanpa melihat hasil dari proses
yang dijalani. Pendidik pun cenderung mengarahkan prinsip moral umum secara
satu arah, tanpa melibatkan partisipasi siswa untuk bertanya dan mengajukan
pengalaman empiriknya. Sejauh ini dalam proses pendidikan
di Indonesia
yang berorientasi pada pembentukan karakter
individu belum dapat dikatakan tercapai karena dalam prosesnya pendidikan
di Indonesia
terlalu mengedepankan penilian pencapaian individu dengan tolak ukur tertentu
terutama logik-matematik sebagai ukuran utama yang menempatkan seseorang menjadi
yang terbaik. Dalam prosesnya pendidikan karakter yang berorientasi pada moral dikesampingkan dan
akibatnya banyak kegagalan nyata pada dimensi pembentukan karakter
individu.
Pendidikan karakter merupakan aspek
yang penting bagi generasi penerus. Seorang individu tidak cukup hanya diberi
bekal pembelajaran dalam hal intelektual belaka tetapi juga harus diberi hal
dalam segi moral
dan spiritualnya, seharusnya pendidikan karakter harus diberi seiring dengan
perkembangan intelektualnya yang dalam hal ini harus dimulai sejak dini
khususnya di lembaga pendidikan. Pendidikan
karakter di sekolah
dapat dimulai dengan memberikan contoh yang dapat dijadikan teladan bagi murid
dengan diiringi pemberian pembelajaran seperti keagamaan dan kewarganegaraan
sehingga dapat membentuk individu yang berjiwa sosial,
berpikir kritis, memiliki dan mengembangkan cita-cita luhur, mencintai dan
menghormati orang lain, serta adil dalam segala hal.
Lahirnya pendidikan
karakter bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk menghidupkan spiritual
religius yang ideal. Foerster seorang ilmuan
pernah mengatakan bahwa tujuan utama dari pendidikan
adalah untuk membentuk karakter karena karakter
merupakan suatu evaluasi seorang pribadi atau individu. Karakter individupun
dapat memberi kesatuan atas kekuatan dalam mengambil sikap di setiap situasi.
Pendidikan karakter pun dapat
dijadikan sebagai strategi untuk mengatasi pengalaman yang selalu berubah
sehingga mampu membentuk identitas yang kokoh dari setiap individu dalam hal
ini dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan karakter ialah untuk membentuk sikap
yang dapat membawa kita kearah kemajuan tanpa harus bertentangan dengan norma yang berlaku.
Pendidikan karakter pun dijadikan
sebagai wahana sosialisasi budaya dan norma yang patut dimiliki setiap individu agar
menjadikan mereka sebagai individu yang bermanfaat seluas-luasnya bagi lingkungan
sekitar. Pendidikan karakter bagi individu bertujuan agar me]ngetahui berbagai karakter
yang baik dari manusia,
dapat mengartikan dan menunjukkan contoh prilaku berkarakter dalam kehidupan
sehari-hari serta memahami sisi baik menjalankan prilaku berkarakter.
Pendidikan karakter di sekolah harus
lebih mengedepankan pada contoh. Contoh
yang dimaksud adalah adanya sesuatu yang dapat ditiru dalam penerapannya pada
kehidupan sehari-hari secara nyata. Pendidikan karakter harus dimulai dengan
adanya sosok yang dijadikan teladan nyata, bukan sekedar teoritis maupun
ilustrasi belaka.
Pendidikan berkarakter harus lebih mengutamakan
pada penekanan kata bijak “SATU TELADAN LEBIH UTAMA DARIPADA SERIBU NASEHAT”.
Memang terasa klise, tetapi makna yang terkandung sangat dalam sekali. Hal
tersebut terutama ditujukan kepada pendidik dan pengambil kebijakan di dalam
lingkungan proses pembelajaran tersebut. Mendidik memang tidak sekedar
memberikan materi pelajaran. Mendidik bukan hanya mentransfer seperangkat ilmu.
Tetapi lebih luas lagi yaitu memberikan wawasan yang lebih bermanfaat,
memberikan bekal hidup berupa moral yang bermartabat disertai penguasaan ilmu
yang lebih tinggi sejalan dengan perkembangan zaman.
Satu
teladan lebih baik daripada seribu nasihat, seperti itulah dalam memberikan
suatu pendidikan. Kadang pendidik hanya sekedar memberikan nasihat saja,
sementara perilaku yang baik sebagai cerminan dari seorang pendidik terkadang
tidak diperlihatkan. Hal tersebut yang sangat disayangkan. Padahal anak didik
sangat membutuhkan teladan dalam proses pendidikan yang sedang diikutinya.
Dunia pendidikan memang
tidak ada habisnya untuk dibahas. Selalu ada saja kisah unik dan menarik untuk
dikupas secara ilmiah maupun hanya sekedar pembicaraan ringan saja. Banyak
diantara para pendidik yang menuntut peserta didik agar nurut dan selayaknya
“orang dewasa” yang tahu dan paham betul mana yang baik dan buruk. Pendidik
melupakan bahwa apa yang di lihat oleh peserta didik didepan kelas merupakan
figur yang layak di teladani, maka dari itu, mereka akan menirunya, bukan
meniru apa yang telah dia ucapkan. Atau singkat kata dan dengan kalimat tegas bahwa
perilaku anak didik adalah cerminan dari perilaku para pendidik saat berperilaku
di depan kelas atau saat berada di lingkungan sekolah sebagai sarana proses
pembelajaran mereka.
Benar kata pepatah, 1
teladan lebih utama dari 1000 nasihat. Pendidik yang hanya banyak “suaranya”
berharap si siswa takut dan respect, justru akan berbanding terbalik karna siswa
tersebut akan semakin bandel dan kebal dengan suara nada-nada tinggi dan
menjadikan siswa susah untuk dinasihati. Pendidik yang baik adalah seseorang
yang dapat dicontoh dan dengan sadar memberikan teladan kebaikan yang ada pada
dirinya. Kebaikan yang tercermin pada tingkah laku dan segala tindak tanduk
dalam kehidupan kesehariannya. Apa yang dinasehatkan sesuai dengan apa yang
dilakukan dalam kehidupan nyata, terutama yang dapat terlihat langsung oleh
peserta didik dalam menyampaikan, menjalankan dan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari dirinya.
Memang setiap pendidik akan senang
jika sesuatu yang ada disekitar dirinya terjadi sesuai keinginannya. Mereka
menginginkan suatu perubahan pada sistem disekitarnya agar sesuai dengan
keinginannya. Tapi sedikit sekali yang sadar bahwa perubahan suatu sistem itu
harus dimulai dari diri kita sendiri. Menginginkan
sesuatu yang besar harus diawali dengan sesuatu yang kecil melalui sebuah
proses. Orang bijak berkata bahwa "mengoreksi orang lain itu tidak istimewa, namun jika ada orang yang
berani melihat kekurangan dirinya, bertanya tentang kekurangan itu secara
sistematis, lalu membuat sistem untuk mengetahui kekurangan dirinya, ini baru
orang yang istimewa".
Penekanan pendidikan berkarakter
adalah pemberian figur yang dapat diandalkan sebagai teladan yang dapat dijadikan
contoh dalam kehidupan keseharian para peserta didik. Teladan tersebut dapat
diikuti atau ditiru dalam berbagai segi kehidupan, baik dibidang keilmuan
maupun dibidang moral berupa norma agama, norma sosial maupun norma budaya yang
ada dilingkungannya. Sehingga sesuailah jika pendidikan berkarakter adalah
wujud nyata penerapan secara riil dari ungkapan “Satu Teladan Lebih Utama
Daripada Seribu Nasehat”.
Penulis : Eko Kimianto, S.Pd
Alumnus Pendidikan Seni Rupa UNNES/IKIP Semarang
Pendidik di SMP Negeri 2 Gemuh, bidang studi Seni Budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar