Sabtu, 27 September 2014

GRAFFITI : KARYA SENI YANG SEDANG NGETREND DIKALANGAN SISWA

            Siswa sebagai kawula muda merupakan salah satu kelompok umur yang sedang bergejolak. Bergejolak dalam perkembangan untuk mencari jati diri. Siswa ingin menunjukkan siapa dirinya dalam lingkungan kehidupannya. Menunjukkan ego, menunjukkan kemampuan yang dimiliki, ingin menonjolkan dirinya dan ingin diakui keberadaan dirinya. Hal ini wajar dalam psikologi perkembangan mental dan fisiknya  yang mengalami perubahan yang luar biasa. Fisiknya mengalami perubahan dari bentuk tubuh anak-anak menjadi remaja, sedangkan  mentalnya juga berubah drastis dari masa bermain anak menjadi masa remaja dengan berbagai dinamikanya.
       Siswa mulai timbul ketertarikan pada sesuatu bentuk untuk menampilkan dirinya dengan penilaian yang lebih tinggi. Siswa ingin dirinya mempunyai kelebihan yang ditonjolkan supaya  dikenal di kalangannya atau masyarakat dimana ia berada. Hal ini menimbulkan sesuatu yang disukai dan diminati oleh sekelompok kalangan muda. Sehingga semua yang merasa berjiwa muda ingin meniru dan melakukan sesuai dengan yang dilihat, disukai dan dipandang menarik untuk ditirunya.
          Dari segala tingkah polah kawula muda yang diminati secara kolektif inilah maka dikenal dengan perkataan ngetrend. Istilah nge”TREND” dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk mengungkapkan keadaan dimana suatu hal sedang digemari atau sedang menjadi perhatian kebanyakan orang. Selain berhubungan dengan bentuk yang dipakai seperti misalnya fashion, trend pun memiliki kaitan erat dengan berbagai bentuk karya seni rupa  lainnya, misalnya seperti seni lukis, seni bangun , seni batik atau seni lainnya. Hal diatas menunjukkan betapa pentingnya pemahaman akan trend ini.
          Ketika mendapati keadaan dimana suatu hal sedang menjadi trend (istilahnya sedang trendy), kebanyakan orang akan berlomba-lomba untuk memilikinya. Bukan semata-mata untuk mencapai kebutuhan yang diinginkan siswa, tapi kita akan tahu dengan sendirinya, keinginan mereka supaya hal ini tidak dibilang ketinggalan zaman atau dikatakan katrok. Para siswa tidak perlu munafik untuk mengakuinya, sehingga  tidak dibilang katrok. Tentang hal ini makanya para siswa seakan wajib mengikuti trend yang sedang merebak dan minati secara umum oleh kawula muda.
           Salah satu kecenderungan siswa (hal ini sebagai kawula muda) adalah keinginannya untuk mengungkapkan kebebasan hasrat hatinya lewat corat-coret pada tempat-tempat tertentu. Corat-coret ini bisa diartikan secara positif dan bisa juga diartikan secara negatif. Secara positif: berarti siswa ini telah dapat mencurahkan isi hatinya tanpa terkendala pada sesuatu yang mengakibatkan  memberatkan dirinya. Sedangkan segi negatifnya adalah corat-coret ini cenderung kurang beraturan dilampiaskan pada tempat umum sehingga dapat mengganggu kenyamanan khalayak yang menggunakan atau sekedar lewat pada tempat tersebut. Memang seharusnya hal ini disikapi dengan arif dan bijaksana, jangan sekedar memvonis memberikan hukuman atau sangsi pada mereka. Berikan kesempatan pada siswa untuk berkreasi sesuai yang sedang disukai dan merebak dikalangan anak muda.
           Saat ini kegiatan corat-coret siswa yang sedang ngetrend adalah berkarya cipta seni yang dikenal  dengan nama karya GRAFFITI. Graffiti bagi anak muda sudah tidak asing lagi. Mereka sudah cukup familier dengan sebutan istilah ini. Graffiti (juga dieja graffity atau grafiti) adalah salah satu karya seni rupa yang berbentuk coretan-coretan pada dinding yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan suatu kata, simbol atau susunan kalimat tertentu. Media yang digunakan sebenarnya bebas tidak tergantung pada alat-alat rupa tertentu saja. Tetapi kecenderungan saat ini alat yang digunakan biasanya berupa cat semprot kaleng. Tetapi ada juga yang menggunakan semacam cat tembok atau cat kayu yang dilapisi dengan pelapis yang transparan atau berwarna netral. Memang sebelum cat semprot dikenal dan tersedia, graffiti pada umumnya dibuat dengan sapuan cat menggunakan kuas atau kapur.
SEJARAH GRAFFITI
            Manusia pra sejarah atau disebut pula manusia primitif pada zaman dahulu mempunyai kebiasaan melakukan kegiatan corat-coret pada dinding-dinding goa. Penggambaran ini disesuaikan dengan kegiaan yang berlangsung pada saat itu, misalnya suasana berburu atau suasana mencari makanan mereka. Kegiatan ini serasa sangat penting untuk menggambarkan kehidupan mereka, disamping juga untuk menggambarkan keyakinan yang dipercaya pada saat itu.
            Kebiasaan melukis di dinding bagi manusia primitif adalah sebagai salah satu sarana cara mengkomunikasikan kegiatan perburuan. Pada masa primitif ini, pembuatan graffiti  digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk memberikan semangat membangkitkan kekuatan di dalam berburu. Berburu adalah kegiatan mereka, berburu adalah salah satu cara untuk mempertahankan kehidupannya.
           Perkembangan berikutnya pada kehidupan kesenian di zaman Mesir Kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding Piramida, Mastaba atau karya seni bangun yang lainnya. Lukisan pada zaman ini berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan alam lain. Bentuk komunikasi ini adalah bentuk alam lain yang akan ditemui oleh seorang Pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.
           Kegiatan  Graffiti sebagai sarana untuk menunjukkan ketidakpuasan, baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan tentang sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Salah satu lukisan yang bertemakan tentang sindiran dapat ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk agama yang dianut masyarakat pada zaman itu yang mendapatkan larangan dari Kaisar.
GRAFFITI DI ZAMAN MODERN
           Pada zaman modern ini timbul adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh. Pemisahan kelas sosial ini berakibat menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk melampiaskan hasrat nurani seninya. Kegiatan mengekspresikan naluri seni ini terasa tersumbat bagi golongan tertentu yang merasa di bawah tekanan. Akibatnya beberapa individu menggunakan sarana  yang hamper tersedia di setiap belahan sudut-sudut kota. Sarana yang tersedia dan bebas penggunaannya menurut mereka adalah dinding.
            Penyebab lainnya adalah pendidikan yang berkaitan dengan kesenian  sangat kurang. Hal ini menyebabkan objek yang sering muncul dalam karya graffiti berupa tulisan-tulisan, sandi atau simbol yang hanya dipahami oleh golongan tertentu saja. Biasanya karya ini menunjukkan  ketidakpuasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.
             Meskipun  pada awal perkembangan zaman modern bersifat merusak dan menyebabkan tingginya biaya pengeluaran pemeliharaan kebersihan kota, namun graffiti tetap merupakan bentuk ekspresi seni yang patut dihargai. Bisa kita jumpai banyak sekali seniman terkenal yang mengawali kariernya dari  kegiatan mengungkapkan rasa lewat graffiti.
            Pada perkembangan selanjutnya, disekitar tahun tujuhpuluhan graffiti di Amerika dan Eropa, akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Saat itu karena citranya kurang bagus, graffiti terlanjur menjadi momok bagi keamanan kota.  Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Graffiti  pada saat ini memang tidak sekedar melakukan kegiatan seni pada dinding kosong saja, tetapi sering dibuat juga pada dinding kereta api.
            Di Amerika Serikat sendiri saat ini, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam graffiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa graffiti adalah kegiatan yang bersifat illegal. Untuk mengidentifikasi pola pembuatannya graffiti dibagi menjadi dua jenis yaitu Gang Graffiti dan Tagging Graffiti.
             Gang Graffiti yaitu graffiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu. Sedangkan Tagging Graffiti adalah jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Graffiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bombernya, hal ini semacam tanggung jawab pembuatnya.
           Fungsi dari graffiti adalah sebagai bahasa rahasia kelompok tertentu, sebagai sarana ekspresi ketidakpuasan terhadap keadaan sosial, sarana pemberontakan dan ekspresi  ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial.
           Maka dari itu mudah bagi kita memahami bagaimana kawula muda dan siswa ini begitu antusias untuk mengungkapkan rasa pribadi maupun kelompoknya pada karya seni graffiti ini. Siswa adalah anak-anak muda yang sedang mengalami perkembangan perubahan jiwa menuju pada tataran kedewasaannya. Mereka adalah pribadi yang sedang memberontak untuk mencari jatidirinya. Salah satu pelampiasan emosionalnya yang paling cocok yaitu dengan corat-coret pada tempat-tempat tertentu untuk membentuk suatu karya Graffiti. Hal ini mempermudah dan mempercepat gejala trend dalam bentuk graffiti pada para siswa.
           Langkah-langkah yang paling positif adalah membuatkan sarana beradu cipta graffiti pada tempat-tempat tertentu yang dianggap pantas dan dapat menambah keindahan lingkungan yang dijadikan sarana berekspresi karya tersebut. Bisa juga siswa diberi kesempatan untuk menyalurkan hasratnya ini dengan mengadakan lomba-lomba yang berhubungan dengan graffiti, lomba ini tidak diadakan hanya sekedar gebyar sesaat saja tetapi bisa berkelanjutan dan mempunyai intensitas yang dapat lebih diperbanyak lagi. Sehingga gaya trend para siswa ini dapat disalurkan pada kegiatan yang membawa hasil  yang positif dan lebih baik dalam kehidupannya sekarang dan masa yang akan dating.
mplate Entry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar