Lukis sebagai sarana kreatifitas anak, diambil anaktangguh.wordpress.com
Membentuk keberanian berkreasi anak, diambil kimianto@gmail.com
SENI LUKIS SEBAGAI SARANA PENGENALAN PENDIDIKAN DAN
TERAPI PADA ANAK USIA DINI
Seni lukis
adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama,
seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.
Menurut Bastomi (1992:50) dalam artikel Fungsi Seni Lukis Bali Modern Anak
Agung Gede Sobrat, fungsi seni pada umumnya dapat dibedakan atas seni
sakral,yaitu seni yng berfungsi untuk kepentingan hal-hal yang berhubungan
dengan agama dan kepercayaan. Seni yang lahir untuk kepentingan agama bernilai
tinggi sebab terciptanya seni tersebut atas dasar rasa pengabdian kepada yang
dipujanya. Selanjutnya, seni sekuler adalah seni yang berfungsi untuk hal-hal
yang berhubungan dengan kebutuhan duniawi. Dalam hal ini seni sebagai alat atau
objek. Oleh karena itu, maka muncullah berbagai fungsi seni, yaitu seni untuk
perdagangan, penerangan, komunikasi, pendidikan, apresiasi, rekreasi, dan
terapi.
Dari uraian
di atas seharusnya seni lukis dapat menjadi wawasan yang penting bagi
masyarakat akan tetapi pada kenyataannya seni lukis masih sering kali
disepelekan dan dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Muncul suatu
anggapan kalau seni lukis hanya sebuah kegiatan yang sekadar menuangkan hasil
pikiran ke dalam lembaran kertas dan tidak penting untuk perkembangan kejiwaan
anak. Sebenarnya seni memiliki hubungan erat dengan ilmu psikologi. Umumnya apa
yang terdapat dalam seni, psikologi hadir di dalamnya. Para ilmuwan banyak
mengaitkan seni dalam psikologi. Seni dimaknai sebagai ekspresi jiwa, seni
sebagai pikiran dan perasaan, seni sebagai emosi, seni sebagai kreativitas,
seni sebagai proses, seni sebagai kebebasan berpikir, dan seni sebagai
simbolis,dll ( Fudin Pang, Akp, S.Psi, M.Psi, http://curhatcenter-tanyapsikolog.blogspot.com).
Apabila
ditinjau lebih mendalam, seni lukis sebenarnya mempunyai peran penting bagi
kecerdasan emosional anak.Tidak hanya sekadar sarana menuangkan pikiran ke
dalam bentuk lukisan saja, tetapi seni lukis dapat juga digunakan sebagai
sarana pengenalan benda riil sekaligus terapi bagi anak usia dini. Seni
memiliki potensi untuk mengubah kehidupan dan seringkali dalam cara yang
mendalam. Cathy Malchiodi dalam artikelnya yang berjudul What is Art
Therapy? Mengemukakan pendapatnya bahwa When words are not enough, we
turn to images and symbols to tell our stories. Ketika kata-kata tidak
cukup, kita beralih ke gambar dan simbol untuk menceritakan cerita kita. And
in telling our stories through art, we can find a path to health and wellness,
emotional reparation, recovery, and ultimately, transformation. Dan dalam
menceritakan kisah-kisah kita melalui seni, kita dapat menemukan jalan menuju
kesehatan dan kebugaran, emosional reparasi, pemulihan, dan akhirnya,
transformasi. (sumber : http://www.cathymalchiodi.com).
Pengenalan
benda riil pada anak usia dini adalah salah satu contoh yang akan dibahas dalam
paper ini. Pengenalan benda riil pada anak usia dini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan observasi langsung disertai penjelasan. Hal
ini sesuai dengan teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Piaget bahwa
perkembangan kognitif pada anak sesuai dengan perkembangan usia. Piaget
mengemukakan bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran seorang guru harus
mengerti alam pikiran anak dan tradisinya dari tingkatan-tingkatan perkembangan
intelektualnya. Langkah dalam teori belajar ini adalah, pertama bahwa guru
harus mengetahui hubungan antara tingkat perkembangan konseptual anak dengan
bahan pelajaran yang kompleks. Kedua, guru harus memperhatikan bahan apa yang
akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Langkah tersebut akan menjadi
lebih baik lagi apabila ada proses penambahan dan pemanfaatan sarana atau media
pembelajaran. Salah satu sarana atau media pembelajaran yang cukup efektif
untuk pengenalan benda riil bagi anak adalah melalui seni lukis. Dengan media
tersebut, seorang anak tidak hanya dituntun untuk tahu dan hafal saja, tetapi
lebih ditekankan untuk memahami apa yang sebenarnya sedang mereka pelajari.
Misalnya: mengenalkan gajah pada seorang anak, seorang pembimbing dapat
mengajak anak yang bersangkutan berkunjung ke kebun binatang untuk melakukan
pengamatan secara langsung disertai pemberian penjelasan. Supaya proses
pembelajaran menjadi lebih menarik dan berkesan, observasi dan penjelasan
tersebut perlu diintegrasikan dengan mengajak sekaligus membimbing anak untuk
melukis gajah yang sedang diamati. Dengan pengintegrasian metode tersebut,
proses pemahaman anak tentang gajah dapat dimaksimalkan. Gajah yang berbelalai
panjang, bermata sipit, bertelinga lebar, dipadu dengan cerita tentang gajah
yang hidup di alam bebas, akan lebih mudah melekat dalam ingatan anak ketika
ide tersebut dituangkan dalam bentuk lukisan. Dari hasil lukisan, maka seorang
pembimbing dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman anak tentang gajah
yang sedang dipelajari. Hasil lukisan kemudian dievaluasi untuk diberi
penjelasan lanjutan. Apabila pemahaman anak ternyata belum tepat, penjelasan
yang benar dan logis harus diberikan demi keberhasilan pembelajaran.
Selain sebagai
sarana pengenalan benda riil, seni lukis juga dapat digunakan sebagai sarana
terapi bagi anak usia dini yang mengalami ketakutan terhadap sesuatu. Misalnya
saja pada seorang anak yang takut pada seekor kucing. Seorang pembimbing/guru
sudah seharusnya mencari tahu penyebab ketakutan tersebut. Selanjutnya, anak
yang bersangkutan diberi pemahaman baru yang positif tentang kucing melalui
terapi lukis. Anak dibimbing untuk melukis kucing dengan karakter lucu dan
menyenangkan bagi si anak yang bersangkutan. Dengan begitu, ketakutan anak
terhadap kucing akan berkurang bahkan hilang.
Seni sebagai
sarana terapi didasarkan pada keyakinan bahwa proses kreatif yang terlibat
dalam artistik ekspresi diri membantu orang untuk menyelesaikan konflik dan
masalah, mengembangkan keterampilan interpersonal, mengelola perilaku,
mengurangi stres, meningkatkan harga diri dan kesadaran diri, dan mencapai
pemahaman. Kasus ketakutan atau traumatik anak pada hewan tertentu seperti
kasus di atas yaitu pada kucing, dapat diatasi dengan menggunakan seni lukis.
Begitu
pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, maka berbagai macam inovasi
pembelajaran mutlak dilaksanakan. Seni lukis dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif inovasi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kecerdasan
intelektual sekaligus emosional anak. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk
memandang seni lukis dengan sebelah mata. Ternyata, seni lukis bagi anak usia
dini sangat berdaya guna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar