DRUPADI-SRIKANDI DALAM DUA VERSI
07.05 Edit This 0 Comments »Drupadi dan Srikandi dalam Dua Versi
Sebagaimana diketahui bahwa budaya wayang di Jawa banyak dipengaruhi dan sebagian besar merujuk kepada cerita Mahabarata yang berasal dari
Perbedaan yang cukup besar terjadi pada jalan cerita dan penokohan dari 2 sosok wanita anak Prabu Drupada yaitu Drupadi dan Srikandi. Adapun perbedaan antara Mahabarata versi
DRUPADI
Versi Mahabarata
Kisah drupadi pada Mahabarata diawali dari sayembara yang diadakan oleh ayahnya, prabu Drupada.
Isi sayembara: siapa bisa mengankat busur dan memanahkan anak panah pada cakra yang terus berputar, dia yang berhak mempersunting drupadi. Pada hari sayembara, banyak para ksatria yang tidak mampu menjawab tantang itu, sampai kemudian Karna berhasil melakukannya. Sayang, drupadi enggan bersuamikan seorang anak kusir. Maka majulah seorang brahmana yang sanggup menjawab tantangan itu, dia adalah arjuna. Namun karena Arjuna mengikuti sayembara atas nama Pandawa, akhirnya drupadi menjadi istri bagi kelima pandawa (poliandri). Dari kelima suaminya itu drupadi beroleh
Pada versi jawa.
Kisah drupadi diawali dari “Sayembara Gandamana”, patih kerajaan Pancala itu buat tantangan siapa yang bisa mengalahkan dia berhak mempersunting putri rajanya. Yang memenangkan sayembara itu adalah Bima (sebenarnya Gandamana unggul, tetapi ketika ia berhasil melumpuhkan Bima, panegak pandawa itu nangis dan menyebut nama ayahnya: Pandu Dewanata, sehingga gandamana trenyuh teringat pada mantan Rajanya itu dan akhirnya justru mewariskan aji
SRIKANDI
(Versi Mahabharata)
Dewi Amba sakit hati karena cintanya pada raja Salwa dari Saubala akhirnya harus pupus karena Bisma memenangkan Sayembara untuk memperoleh dirinya. Namun ketika ia akhrinya menyerahkan dirinya pada Bisma, putra Santanu itu pun menolaknya, sebab ia ikut sayembara untuk adiknya lain Ibu: Wichitrawirya. Sakit hati kerena merasa dipermalukan, Dewi Amba ini kemudian bertapa dan berdoa pada para dewa agar bisa membalas sakit hatinya itu. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba bereinkarnasi menjadi Srikandi, putri prabu Drupada.
Suatu saat, Drupada mengambil untaian bunga (yang diletakkan oleh Dewi Amba saat ia meninggalkan Hastinapura karena sakit hati) dan mengalungkannya pada Srikandi. Ajaib, kelamin putrinya itu berubah jadi laki-laki.
Menurut Wiracarita Mahabarata, srikandi ini tetap sebagai pria (meskipun penampilannya seorang wanita) dan dia punya seorang Istri. (Ini artinya, menurut Mahabarata, Srikandi itu bukan istri Arjauna)
Saat perang di Kurukshetra, Bisma sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan karena ia tidak ingin menyerang “seorang wanita”, ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma sampai akhirnya senopati tua itu terbunuh.
(Versi Jawa)
Srikandi adalah putri prabu Drupada yang tetap menjadi seorang putri. Dalam lakon “Mbangun Taman Maerokoco”, ia diajari memanah oleh Arjuna dan akhirnya menikah dan beroleh seorang putra. Ini artinya, Srikandi tetap sebagai wanita, beda dengan wiracarita Mahabarata, dimana Srikandi berkelamin laki-laki (walau penampilannya seperti wanita).
Dalam cerita Jawa, Srikandi pernah menjadi seorang satria: Bambang Kandihawa yang menikah berhubungan dengan seorang resi Amintuna (jelmaan Arjuna) dan beroleh keturunan: Nirbita Niwatakawaca (dialah yang pernah memaksa melamar Bathari Supraba tetapi gagal karena bisa dibunuh oleh Begawan Ciptowening, jelmaan Arjuna, alias bapaknya sendiri). Cerita ini rumit sekali
Dalam lakon Seta Gugur (dibawakan dengan sangat apik oleh dalang favorit, Ki Hadi Sugito). Kita mendengar kisah Srikandi yang sebenarnya bisa saja dikalahkan oleh Bisma. Tetapi ketika bayangan Dewi Amba muncul dalam diri Srikandi, Bisma pun takluk dan akhirnya menemui kematian diterjang panah Srikandi.
Akhir hidup Srikandi sama antara versi jawa dan mahabarata yakni dibunuh oleh Aswatama pasca perang Barathayuda, saat mereka sedang merayakan kelahiran anak Abimanyu dari Utari: Parikesit.
(Artikel ini diambil dari http://wayangprabu.com/2010/06/13/drupadi-dan-srikandi/).
0 komentar:
Posting Komentar