JEIHAN SLAMET SUKMANTORO

10.48 Edit This 0 Comments »



                                                           Jeihan Slamet Sukmantoro





 Salah satu lukisan Jeihan, diambil dari artkimianto.blogspot.com





 Potret diri Jeihan, diambil dari
abxdc.indonesiakreatif.net

JEIHAN SUKMANTORO
Jeihan, adalah salah satu perupa nasional yang berhasil membukukan diri sebagai pelukis penting saat ini. Ia salah seorang dari sejumlah pelukis figuratif yang melepaskan keberadaannya dari batasan ruang dan waktu. Baginya sehari bukanlah terbilang 24 jam tetapi lebih dari ribuan jam. Ruang tak hanya sebatas siang dan malam, tetapi matahari yang mengelilingi bumi tanpa berhenti.         
Di Indonesia, juga di mancanegara sangat banyak pelukis figuratif manusia. Sebut saja pelukis Trubus, Basuki Abdullah, Sudarso dan Dullah. Di mancanegara, muncul sejumlah pelukis ‘figuratif’ yang juga berdesakan dalam lingkaran persaingan. Mereka yang bereputasi internasional ini antara lain John Singer Sargent yang klasikal, Ame Besser dan Hilo Chen yang fotorealistik di Amerika. Atau Rearngsak dan Shi Hu alias Tiger Stone, yang mengolah sosok lewat abstraksi, di Asia. 
Di era seni lukis modern, di Indonesia maupun mancanegara tak terbilang yang bermain di wilayah itu. Begitu banyaknya pelukis ‘figuratif berkumpul di wilayah ini. Agaknya keadaan ini difaktori oleh konvensi umum, bahwa melukis manusia adalah dunia seni lukis (akademis). Tak pelak persaingan ketat di wilayah seni lukis figuratif manusia’ menjadi semacam gejala yang tak pernah usai. Seorang pelukis figuarif akan dituntut habis untuk tampil khas dan lukisan-lukisan yang diciptanya diminta hadir dengan tampilan dan isi yang spesifik.


Jeihan Slamet Sukmantoro, itulah nama lengkap pelukis yang sanggup melejit dari kawah besar pelukis figuartif. Ia menyiasati lukisan ‘figuratif manusia’ dengan inderanya yang tajam, di samping kecerdasan yang diperoleh dari Tuhan. Dimana sorot mata yang hitam pekat menjadi ciri atau spesifikasi yang khas bagi karyanya. Sejak tiga dasawarsa terakhir, karya-karyanya tampil dalam ‘rupa spesial’ yakni manusia yang berdiam di suatu ruang tanpa setting. Orang yang sedang tiduran tidak bertumpu pada benda yang sulit dilihat dengan kasat mata. 
Tetapi penikmat lukisan dapat menafsir bahwa orang itu sedang tiduran. Manusia yang ditampilkan melihat kita dengan sepasang mata yang hitam legam. Sesuatu yang memberikan imaji bukan memandang kita, namun justru menyedot dan membawa kita ke dalam lorong pandangannya. 

Lahir di Boyolali, dekat Solo, Jawa Tengah, tahun 1938, dari keluarga blasteran. Ayahnya seorang laki-laki keturunan China dan ibunya seorang priyayi Jawa, yang bisa menari kratonan. Kendati pun pendidikan formalnya hanya sampai di tingkat Sekolah Dasar (SD), tetapi Tuhan memberikan jalan lain menuju sukses.  Bakat seni orang tuanya mengaliri sekujur tubuh Jeihan yang kurus ceking, tetapi selalu Pede (percaya diri) bahwa pada suatu ketika perjalanannya yang jauh akan sampai pada tujuan yakni cita-cita awal, melukis, yang diminati sejak kecil. 
Reputasi dan kapabilitasnya di blantika seni rupa diraih dengan perjuangan keras, tekun dan tak kenal putus asa. Mulanya ia memperoleh pendidikan seni lukis di Himpunan Budaya Surakarta, tahun 1953-1955. Menjadikan kematangan jiwanya yang makin riuh, cerdas lagi dalam. Keterampilannya melukis ibarat buah yang dialiri nutrisi dari akar yang kuat, dan matang. Ia jadi makin percaya dan bersama seniman lukis lainnya bersama-sama menancapkan ‘batu pelukis’ bagi cita-citanya di hari mendatang.  Dari sana ia mencari dan terus mencari hingga sampai di titik pendidikan seni rupa ITB (Institut Teknologi Bandung) yang dientaskan selama tiga tahun (1961- 1966). 
Sejak beberapa waktu lalu, ia telah membangun Gallery Seni Rupa bertingkat tiga di Pasir Layung, Bandung Utara.

PELUKIS BATIK MODERN AMRI YAHYA

09.45 Edit This 0 Comments »


 Pelukis Batik Modern Amri Yahya, diambil dari http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/amriyahya.html

 Rumput Merah (1997), Batik 90 X 100 cm, karya Amri yahya, diambil dari http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/amriyahya.html

PELUKIS  AMRI YAHYA
Amri Yahya pernah ingin menjadi penyair. Urung, karena ia melihat sendiri jarang penyair yang kaya. Lalu ingin jadi sedadu. Ternyata, tidak direstui orang tua. Akhirnya pilihannya jatuh untuk menjadi pelukis. “Pekerjaan ini jauh dari korupsi,”katanya beralasan. 
Sebagai pelukis, lelaki kelahiran Palembang ini pun mencari sesuatu yang lain. Ia menjadi pelukis batik, sekaligus jadi pengusaha dalam bidang ini. Tentang batik yang dijadikannya media lukisan, dengan tegas dikatakannya bahwa itu adalah salah satu akar seni tradisional Indonesia.
Banyak lukisan batiknya berukuran besar. Selain membatik untuk lukisan, motif-motif abstrak batiknya juga digunakan untuk busana. Harganya juga tinggi. Saking mahal dan larisnya, ada saja yang menyontek mirip karyanya. Di pasaran banyak busana batik yang motifnya mirip karya Amri. Labelnya pun nyaris sama, ada yang Anri Y, ada pula Andri Yahya bahkan yang benar-benar mirip adalah Amir Yahya.


Bila mendapat undangan pameran dan ceramah, dimana saja, ayah empat anak ini selalu membawa perabotan lengkap; kompor kecil, canting, lilin dan perabotan membatik lainnya. Dengan cara itu ia mendapat sambutan hangat, karena ia tidak jarang mendemonstrasikan keahliannya, menyelingi ceramah. 
Amri melukis dengan media acrylic, acquarel, cat minyak dan menekuni media batik sebagai media ungkap. Sebab batik sebagai media ungkap tidaklah kalah tantangan eksperimentalnya dengan media lain. Pengamat seni mengatakan Amri melukis secara abstrak-ekspresionis kontemporer. Amri lebih banyak memilih lebak-lebung sebagai subject matter. Lebak lebung aadalah hamparan sawah ladang pasang surut pesisir timur Sumatera Selatan yang sangat kaya dengan potensi kehidupan dan keindahan.
 Dari sana ia menemukan bunga dan rumput yang yang bergoyang karena angin, butiran enbun warna-warni, air yang berkilau terkena sinar matahari dan rembulan pada masa pasang saat lahan itu hendak diolah untuk musim tanam.   Dan ketika musim panen tiba padi menguning seperti emas 
Pilihan terhadap lebak lebung sebagai subject matter, bagi Amri terasa lebih mudah karena lingkungan itu adalah tepat kelahiran dan masa kecilnya. Selain itu, menampilkan lebak lebung berarti mengedepankan pula potret sebagian besar rakyat Indonesia yang hidup dikawasan pedesaan serta mengandalkan sawah ladang sebagai sumber penghidupan. Seperti halnya petani, sawah ladang yang indah dan menjadi sumber inspirasinya itu, tidak boleh lenyap dari muka bumi Indonesia dengan alasan apapun.      
Ia Mendirikan Amri Galery di Yogyakarta dengan bangunan khas Jawa. Amri pernah berpameran di Australia, Jerman, Amerika Serikat, Mesir, Inggris, Belanda, Kanada, Denmark, Syria, Jepang dan tentu saja diberbagai kota di Indonesia. Amri disebut-sebut sebagai perintis terkemuka dalam seni lukis batik kontemporer.