JATI DIRI DAN SIFAT KEPEMIMPINAN KRESNA 19: KRESNA BEGAL

13.43 Edit This 0 Comments »
Gambar ilustrasi:Di tengah perjalanan, Kresna dicegat oleh
arwah Dasamuka yang bernama Dasakumara. (karya Herjaka HS, 2008). Gambar ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-19-kresna-begal/

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (19) Kresna Begal

Kresna raja Dwarawati duduk di Pancaniti, dihadap oleh Samba, Wresniwira, Patih Udawa dan pegawai istana. Mereka membicarakan kepergian Harjuna dari Madukara. Kresna ingin berkunjung ke Ngamarta. Patih Udawa diminta mempersiapkan kepergian raja. Kresna meninggalkan balai penghadapan lalu masuk istana, memberi tahu rencana kepergiannya kepada para isteri. Rukmini, Jembawati dan Setyaboma menyambut kedatangan Kresna. Di hadapan para istrinya, Kresna menyampaikan berita tentang kepergian Arjuna dan rencana kunjungan ke Ngamarta.

Arwah tokoh Ngalengka turun ke Marcapada lagi. Raja Dasakumara duduk di balai penghadapan, dihadap oleh Indrajit, Trisirah dan pegawai raksasa. Raja ingin beristeri Retna Dewi Puspitawara, anak Darmamuka raja Slagaima. Indrajit diberi tugas mencarikan putri raja itu. Indrajit menyanggupinya. Ia menugaskan Kala Wahmuka, Kala Pradiyu dan Kala Bisana untuk melamar ke Slagaima. Sedangkan Raja Dasakumara pergi mencari raja Kresna.

Darmamuka raja Slagaima berbincang-bincang dengan putra raja bernama Jayapuspita, Patih Jayasudarna dan para pembesar kerajaan. Mereka membicarakan lamaran raja Dasakumara. Jayapuspita ditugaskan mencari perlindungan. Di pertengahan jalan mereka bertemu dengan utusan dari Tawanggantungan. Terjadilah perkelahian, tetapi Jayapuspita menyimpang jalan mencari selamat.

Arjuna tengah bertapa di gunung Candhirinengga, dengan nama Bambang Madusekti. Jayapuspita dan Patih Jayasudarma datang. Mereka berdua minta kesediaan Bambang Madusekti untuk melindungi Kerajaan Slagaima. Bambang Madusekti menyanggupinya lalu berangkat, dikawal oleh para punakawan. Jayapuspita dan Patih Jayasudarma menyertainya. Di tengah hutan mereka dihadang oleh raksasa dari Tawanggantungan. Terjadilah perkelahian. Raksasa dapat dikalahkan oleh Bambang Madusekti.

Bambang Madusekti tiba di Slagaima, menghadap raja Darmamuka. Setelah bertanya Bambang Madusekti masuk ke istana, menghadap permaisuri raja, kemudian diperkenalkan dengan Retna Puspitawara, putri raja Darmamuka. Bambang Madusekti menyatakan bersedia saat diminta raja memperisteri putrinya.

Indrajit duduk bersama Trisirah, Trikaya, Narataka, Dewataka dan Yaksadewa. Kemudian datanglah Wijamantri dan Tejamantri. Mereka memberi tahu bahwa prajurit raksasa musnah oleh Bambang Madusekti.

Raja Darmamuka duduk di atas singgasana, dihadap oleh Jayapuspita, Patih Jayasudarma dan Bambang Madusekti. Tiba-tiba terjadilah huru-hara di luar istana. Api berhamburan di angkasa. Bambang Madusekti minta pamit untuk memadamkan api itu. Raja mengijinkannya. Bambang Madusekti matek aji, hujan turun, api pun padam. Bambang Madusekti tahu bahwa musuh datang dari angkasa. Ia lalu mengangkasa. Musuh diserang dengan panah Bajra, maka lenyaplah musuh dari Tawanggangtungan. Setelah aman Bambang Madusekti mohon pamit berkelana ke hutan bersama punakawan.

Di pertapaan Candhana Sapilar, Bagawan Sidikwacana dihadap oleh Endang Mutyara. Endang Mutyara bercerita kepada sang bagawan, bahwa ia bermimpi bertemu dengan Bambang Madusekti. Ia minta dicarikan dengan pria yang ditemui dalam mimpi itu. Bagawan Sidikwacana meninggalkan pertapaan hendak mencari Bambang Madusekti.

Perjalanan Bagawan Sidikwacana tiba di hutan. Ia bertemu dengan Bambang Madusekti. Sang bagawan bercerita tentang mimpi anaknya, lalu minta kesediaan Bambang Madusekti ikut ke Candhana Sapilar. Mula-mula Bambang Madusekti tidak mau, namun setelah tersekap oleh sang bagawan ia menyerah dan bersedia diajak ke pertapaan. Di pertapaan ia dipertemukan dengan Endang Mutyara. Bambang Madusekti jatuh cinta, dan mau mengawininya.

Yudhistira raja Ngamarta berbicara dengan Wrekodara, Nakula dan Sadewa tentang kepergian Arjuna. Raja Dwarawati datang memberitahu bahwa kepergian Arjuna untuk keperluan perkawinan. Kresna ingin mencari Arjuna, sepekan kemudian Wrekodara diminta menyusul ke kerajaan Slagaima. Setelah berpamitan Kresna menuju kerajaan Slagaima. Di tengah perjalanan Kresna dikejar raja Dasakumara. Kresna lari, lalu masuk pertapaan.

Bambang Madusekti menghadap Bagawan Sidik Wacana, minta pamit akan ke kerajaan Slagaima. Ia memberi tahu kepada sang bagawan, bahwa isterinya telah mengandung. Bila telah lahir ia minta agar anaknya diberi nama Bambang Nilasuwarna. Sepeninggal Bambang Madusekti dan para panakawan, Kresna datang menghadap sang bagawan. Sang bagawan berkata bahwa Bambang Madusekti pergi ke kerajaan Slagaima. Raja Dasakumara datang di pertapaan mencari Kresna. Sang bagawan berkata bahwa di pertapaan tidak ada Kresna. Raja Dasakumara marah, sang bagawan diserangnya. Raja Dasakumara mati terkena pusaka Bagawan Sidikwacana.

Sang Hyang Yamadipati turun ke Marcapada bersama Dewi Sari Monglang. Mereka menemui bangkai Dasakumara. Dewi Sari Monglang minta agar Dasakumara hidup lagi. Sang Hyang Yamadipati menghidupkan Dasakumara. Maka Dasakumara pun hidup lagi lalu mendekati Dewi Sari Monglang. Sang Hyang Yamadipati dan Dewi Sari Monglang ketakutan, lalu lari.

Kresna berhasil mendahului perjalanan Bambang Madusekti. Ia mencegat Bambang Madusekti, terjadi perdebatan. Kresna marah atas kepergian Bambang Madusekti (Arjuna) tanpa pamit. Sang Hyang Yamadipati dan Dewi Sari Monglang datang di empat Kresna. Mereka minta perlindungan. Dasakumara datang, Bambang Madusekti menyongsongnya. Terjdilah perkelahian. Dasakumara musnah oleh panah Bambang Madusekti. Kemudian Kresna, Bambang Madusekti dan panakawan melanjutkan perjalanan ke Slagaima.

Raja Yudhistira duduk di atas singgasana, dihadap oleh Wrekodara, Nakula, Sadewa, Patih Tambak Ganggeng, dan Gathotkaca. Wrekodara dan Gathotkaca diminta mencari Arjuna. Mereka berdua lalu berangkat.

Raja Darmamuka dan Jayapuspita menyambut kedatangan Bambang Madusekti. Bambang Madusekti minta ijin akan kembali menjenguk ibu dan saudara. Tiba-tiba datang serangan perajurit Tawanggantungan. Bambang Madusekti minta pamit akan memberantas musuh yang datang. Raja mengijinkannya. Wrekodara dan Gathotkaca datang membantunya. Serangan musuh dapat dipatahkan. Kerajaan Slagaima aman kembali.

Kresna, Wrekodara, Gathotkaca dan Bambang Madusekti menghadap raja Darmamuka. Kresna minta agar Bambang Madusekti, yang sebenarnya Arjuna, diijinkan kembali ke Ngamarta. Raja Darmamuka mengijinkan setelah pesta di kerajaan Slagaima selesai.

Setelah pesta selesai Arjuna kembali ke Ngamarta bersama Wrekodara dan Gathotkaca. Sedangkan Kresna kembali ke Dwarawati.

R.S. Subalidinata
(Sumber Bacaan : K.G.P.A.A Mangkunagra VII. Kresna Begal dalam Serat Padhalangan Ringgit Purwa Jilid XXIII. Batawi Centrum: Bale Pustaka, 1932, h. 13-18)

Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-19-kresna-begal/

0 komentar: