GANDAMANA

17.34 Edit This 0 Comments »
Gandamana versi Surakarta, tokoh yang hanya ada di Pewayangan Jawa dan tidak dijumpai dalam versi Mahabharata India. Gambar ini diambil dari http://teguhrahardjo.blogspot.com/

Gandamana

Gandamana dalam pewayangan adalah adik Dewi Gandawati,permaisuri Prabu Drupada,raja Cempalaradya atau Pancala.Ayahnya bernama Prabu Gandabayu.Setelah kakaknya menjadi permaisuri,Gandamana diangkat menjadi patih Cempalaradya.Namun sebelum itu,Gandamana pernah menjadi patih Kerajaan Astina,yakni pada zaman pemerintahan Prabu Pandu Dewanata.

Dalam pewayangan yang memilihkan jodoh bagi Dewi Gandawati,sebenarnya adalah Gandamana.Waktu itu tatkala Dewi Gandawati telah menginjak usia dewasa,atas izin ayahnya Gandamana mengadakan sayembara.Barangsiapa sanggup mengalahkan Gandamana dalam pertandingan adu kesaktian,ialah yang berhak mempersunting Dewi Gandawati,puteri mahkota Cempalaradya.

Diantara banyak para raja dan pangeran yang mencoba memperebutkan Dewi Gandawati,ternyata hanya seorang ksatria muda bernama Bambang Sucitra yang sanggup mengalahkan Gandamana.Karena itulah Sucitra yang kemudian menjadi suami Gandawati,sekaligus menjadi pewaris singgasana Cempalaradya.Di kemudian hari,setelah Prabu Gandabayu wafat,Sucitra naik tahta menjadi raja Cempala dengan gelar Prabu Drupada.

Gandamana adalah tokoh wayang yang selalu berusaha jujur,tidak banyak bicara,berjalan sesuai aturan,peduli pada tata tertib,mudah tersinggung,dan bilamana perlu dapat bertindak di luar batas.Ia pun amat berani,tidak takut pada siapapun,karena menurut ramalan hanya salah seorang dari keluarga Pandawa saja yang dapat mengalahkannya.

Ketika menjadi patih Astina,Gandamana pernah difitnah Harya Suman,adik Dewi Gendari yang menjadi istri Drestarastra.Suatu saat,ketika Gandamana memimpin prajurit Astina menyerbu Kerajaan Pringgandani,ia terjebak pada sebuah lubang yang dalam,yang dalam bahasa Jawa disebut luweng.Harya Suman yang ikut dalam rombongan itu bukan segera bertindak untuk menolongnya,melainkan justru meninggalkannya dan bahkan memerintahkan prajurit Astina pulang.Kepada Prabu Pandu Dewanata,Harya Suman kemudian melaporkan bahwa Gandamana ternyata tidak mampu memimpin tentara,sehingga prajurit Astina kocar-kacir.Harya Suman juga melaporkan bahwa Gandamana telah tewas dalam pertempuran.Karena Prabu Pandu Dewanata mempercayai laporan itu,ia lalu mengangkat Harya Suman sebagai patih,menggantikan Gandamana.(Lakon Gandamana Luweng).

Beberapa waktu kemudian,Gandamana muncul di Keraton Astina.Semua yang hadir kaget,karena tidak menyangka Gandamana masih hidup.Setelah menghaturkan sembah pada Prabu Pandu Dewanata,tanpa bicara ia langsung menyeret Harya Suman keluar dari balairung.Karena merasa dikhianati,tanpa ampun Patih Gandamana menghajar Harya Suman sehingga cacat seumur hidup.Pada saat itu juga Gandamana mengucapkan kutukannya,kelak pada saat Baratayuda,Harya Suman akan mati secara aniaya.Tubuh Harya Suman akan tercabik-cabik,kulitnya akan terkelupas dari seluruh badannya,dan mulutnya yang selalu menyebar fitnah itu kelak akan disobek musuhnya.Sejak tubuhnya cacat itu pula Harya Suman mendapat julukan Sengkuni-yang dalam bahasa Jawa berasal dari kata sangka-uni,sangka berarti berawal,uni berarti kata.Jadi maksudnya,Harya Suman bertubuh cacat karena akibat kata-kata fitnah yang diucapkannya.

Sesudah menghajar tukang fitnah itu,Gandamana menghadap Prabu Pandu Dewanata untuk minta maaf atas kelancangannya menghajar Harya Suman,dan mohon berhenti dari kedudukan sebagai patih Astina.Ia lalu pulang ke Cempalaradya.Prabu Drupada menerima kepulangan Gandamana dengan suka cita dan kemudian mengangkat adik iparnya itu sebagai patih di Cempala.

Tindakan di luar batas juga dilakukan lagi oleh Gandamana setelah ia menjabat patih di Cempala.Suatu ketika seorang kawan lama Prabu Drupada bernama Bambang Kumbayana dianggapnya berlaku tidak sopan.Ketika Prabu Drupada sedang duduk di singgasana dikelilingi para menteri dan hulubalang kerajaan,Bambang Kumbayana datang bertamu.Tanpa mengindahkan sopan-santun adat keraton Bambang Kumbayana langsung saja masuk ke ruangan balairung dan menyapa Prabu Drupada dengan nama kecilnya,yaitu Sucitra.Ia sama sekali tidak menghiraukan keberadaan para petinggi Kerajaan Cempala yang hadir di ruangan itu.Perbuatan Bambang Kumbayana itu dinilai tidak sopan,lancang dan amat menyinggung perasaan Patih Cempala,yang amat menghormati rajanya.Karena itu tanpa berkata apa-apa segera Patih Gandamana langsung menyeret Bambang Kumbayana keluar keraton dan menghajarnya hingga babak belur,cacat seumur hidup.Setelah tubuhnya cacat Bambang Kumbayana untuk selanjutnya lebih dikenal dengan nama Resi Drona.

Meskipun suka bertindak di luar batas,Patih Gandamana amat menyayangi keluarganya.Pada waktu Dewi Drupadi,puteri sulung Prabu Drupada mulai dewasa,Patih Gandamana menginginkan seorang suami yang bisa diandalkan bagi keponakannya itu.Atas izin Prabu Drupada ia lalu mengumumkan sayembara,hanya ksatria yang dapat mengalahkannya boleh menikahi keponakannya itu.Pengumuman itu mendapat sambutan luas dari kerajaan-kerajaan lain.Banyak raja dan pangeran yang ingin mempersunting Dewi Drupadi,mencoba peruntungannya.Sesudah Gandamana mengalahkan sekalian raja dan ksatria yang mengikuti sayembara itu,Bima yang waktu itu menyaru sebagai brahmana muda,muncul di gelanggang.Perkelahian sengit terjadi,dan akhirnya dimenangkan Bima yang berhasil menusukkan kuku Pancanaka ke tubuh Gandamana.

Menjelang kematiannya Patih Gandamana sadar bahwa lawan yang dihadapinya tentu adalah salah seorang keluarga Pandawa.Ia menanyakan hal itu dan dibenarkan oleh Bima.Saat itu juga Gandamana mewariskan dua ilmunya pada Bima.Ilmu pertama adalah Aji Wungkal Bener yang isinya,siapa yang berbuat baik harus dibalas dengan kebaikan,sedangkan yang berbuat jahat harus dibalas dengan kejahatan.Ilmu kedua yang diwariskan pada Bima adalah Bandung Bandawasa,sejenis ilmu kesaktian yang bila merasa yakin benar,kekuatannya akan berlipat ganda.Gandamana adalah tokoh wayang asli ciptaan nenek moyang kita.Dalam Mahabarata tidak ada tokoh yang namaya Gandamana.

Artikel ini diambil dari http://teguhrahardjo.blogspot.com/


0 komentar: