LEMBUSURA DAN KONFLIK SUBALI-SUGRIWA

14.32 Edit This 0 Comments »
Gambar Lembusura versi Yogya, diambil dari http://tokohwayangpurwa.blogspot.com/2009/10/lembusura.html


Lembusura dan Konflik Subali – Sugriwa

Resi Gotama mengutuk Subali karena sudah takabur mengaku berdarah putih dan akan tewas
oleh satria titisin Bathara Wisnu

Kekisruhan saudara kakak beradik, Kapi Subali dan Kapi Sugriwa, bermula karena kesalahpahaman terhadap sebuah pesan. Pesan Subali kepada adiknya itu disampaikan sebelum ia bertarung denga penguasa gua Kiskenda Kebo Sura dan Lembu Sura. Isi pesannya itu adalah jika aliran sungai yang keluar dari Gua Kiskenda berwarma merah, dirinya (Subali) yang mememnangi pertarungan. Sebaliknya, jika airnya berwarna putih, dirinya yang kalah dan kalau itu yang terjadi , ia meminta Sugriwa segera menutup Gua Kiskenda dengan batu yang besar.


Setelah ditunggu tiga hari tiga malam, aliran sungai itu ternyata berwarna putih bercampur merah. Melihat warna air seperti itu, Sugriwa cepat berkesimpulan bahwa kakaknya, Subali, telah tewas bersama Kebo Sura dan Lembu Sura. Pemikiran itulah yang kemudian disampaikan Sugriwa kepada Bethara Guru di kayangan. Bethara Guru adalah yang memberikan tugas kepada Subali dan Sugriwa untuk membunuh Kebo Sura dan Lembu Sura karena keduanya telah merebut Dewi tara.


Padahal yang sebenarnya terjadi, Subali yang memenangi pertempuran itu. Kenapa air sungai berwarna putih? Itu bukan berasal dari darah Subali, melainan karena hancurnya otak Kebo Surda dan Lembu Sura yang diadu kumba. Kesalahpahaman inilah yang menjadikan bibit permusuhan dari keturunan Resi Gotama kelak.


Takabur


Kocap kacarita, kayangan jonggring saloko dilanda gara-gara oleh kelancangan Kebo Sura dan patihnya, Lembu Sura, yang menginginkan Dewi Tara untuk dijadikan permaisuri di Gua Kiskenda. Tentu saja, permintaan Kebo Sura itu tidak diperkenankan oleh sidang para Dewa di kayangan.


Keinginan itu dianggap tidak lumrah karena seorang raksasa berwajah kebo kok ingin menyunting bidadari. Tapi, karena permintaannya ditolak mentah – mentah, Kebo Sura naik pitam. Dengan kesaktiannya yang luar biasa dan dibantu Lembu Sura, ia mengobrak – abrik kayangan dan mengalahkan para Dewa. Mereka pun akhirnya berhasil membawa Dewi Tara ke Gua Kiskendo tempat mereka membangun Kerajaan Sura.


Kekalahan para Dewa oleh bangsa Sura itulah yang membuat keprihatinan Bethara Guru. Karena itulah Bethara Guru segera mengutus Bethara Narada turun ke Marcapada untuk mencari jago. Narada mendengar informasi bahwa anak Resi Gotama, yakni Subali dan Sugriwa, memiliki kesaktian yang bisa mengalahkan Kebo Sura dan Lembu Sura. Ketika itu, Subali dan Sugriwa, dua kesatria berwajah kera, sedang bertapa di Hutan Dandaka.


Pesan Bethara Guru yang disampaikan Narada kepada Subali dan Sugriwa bahwa siapa yang mampu mengalahkan musuh kayangan itu, berhak mendapatkan Dewi Tara. Mendengar tawaran yang menarik tersebut, tanpa buang waktu, Subali menyanggupi permintaan Dewa tersebut.


Singkat cerita, Subali yang memiliki aji pancasona, sampailah di Gua Kiskenda. Dengan kesaktian, ia dengan mudah dan berhasil merebut kembali Dewi Tara dari cengkeraman Kebo Sura. Dengan alasan keselamatan, Subali menyerahkan Dewi Tara ke Sugriwa untuk segera diserahkan ke kayangan. Sedangkan Subali melabrak dan menantang duel Kebo Sura serta Lembu Sura. Sebelum berperang, Subali berpesan kepada Sugriwa dan pesan itulah yang kemudian menjadi masalah besar.


Dalam peperangan itulah air yang mengalir dari Gua Kiskenda berwarna merah bercampur putih. Kondisi apa adanya itulah yang dilaporkan Sugriwa kepada Bethara Guru dan Narada sekaligus menyerahkan Dewi Tara. Sugriwa matur bahwa kakaknya, Subali, mati sampyuh bersama Kebo Sura dan Lembu Sura.


Merasa musuh atau klilip kayangan jonggring saloka sudah tewa, Bethara Guru dengan senang hati memberikan hadiah kepada Sugriwa. Hadiah itu adalah Dewi Tara untuk dijadikan istri. Sebenarnya, Sugriwa merasa berat hati menerima hadiah tersebut, karena dia tahu yang lebih berhak menerima adalah kakaknya, Subali. Namum, karena yakin kakaknya telah meninggal, ia menerima hadiah itu.


Pada waktu yang bersamaan, Subali yang kekelahan setelah membunuh Kebo Sura dan Lembu Sura terperanjat melihat pintu Gua Kiskenda tertutup rapat dengan bebatuan. Padahal, semula ia berhatrap adiknya, Sugriwa, yang menunggu di luar, menyambutnya setelah diirnya menang perang.


Eling – eling, Subali kesatria yang bertemperamen tinggi, ia langsung naik darah melihat pintu gua ditutup. Ia sangat marah kepada Sugriwa. Dia berpikir Sugriwa sudah mencederai janji dan berkhianat untuk mendapatkan Dewi Tara.
Maka dengan kesaktiannya, pintu gua ditendang dan hancur lebur. Gua itu pun akhirnya tebuka kembali. Tanpa pikir panjang, Subali langsung mencari Sugriwa.


Rupanya Sugriwa sudah kembali dari kayangan dan bertemulah ia dengan Subali di tengah perjalanan pulang. Tanpa bicara apapun, Subali langsung menghajar Sugriwa hingga babak belur. Sugriwa berusaha menjelaskan kepada kakanya kenapa ia sampai menutup pintu Gua Kiskenda. Namun, Subali tidak bisa menerima penjelasan adikya itu dan terus menggelandang Sugriwa. Karena terdesak, Sugriwa pun terpaksa mempertahankan diri. Akhirnya terjadilah perang tanding antara saudara sedarah itu.


Pertarungan itu tidak akan berhenti, jika sang ayah, Resi Gotama, tidak turun tangan untuk melerai. Resi Gotama menanyakan apa yang menjadi penyebab pertengkaran keluarga tersebut. Sugriwa menceritakan dari awal sampai akhir. Tetapi Subali tidak bisa menerima semua penjelasan Sugriwa. Namun, Resi gotama berpendapat lain, ia justru marah terhadap perilaku Subali. Bukan saja Subali telah membuat malu keluarga, tetapi juga mengaku berdarah putih.


Gotama mengatakan tidak ada manusia di dunia yang berdarah putih. Karena perilaku Subali itulah, Gotama memutuskan bahwa yang berhak mendapatkan Dewi Tara adalah Sugriwa.bukan itu saja, Gotama juga mengutuk Subali karena sudah takabur mengaku berdarah putih. Ia bersabda bahwa Subali akan mati oleh kesatria titising Bathara Wisnu. Kutukan itu kelak terbukti, Subali mati karena panah sakti Parbu Rama Wijaya. (Artikel ini diambil dari http://www.rmi.co.id/?idm=5&id=39).

0 komentar: